Karena itu, orang-orang yang merasa levelnya dibutuhkan, akan jauh dari kesadaran bahwa hari ini berada di atas, dalam sekejap, besok ada di bawah. Tertutup pikiran dan mata hatinya atas siklus kehidupan di dunia mau pun saat di akhirat kelak.
Karena merasa dibutuhkan, maka sikap egois akan muncul. Yang dapat diidentifikasi
(1) Tidak akan cepat merespon komunikasi dalam bentuk apa pun, di media apa pun, dari orang lain/pihak lain (Jual mahal, sombong).
(2) Mustahil melakukan komunikasi dalam bentuk apa pun, di media apa pun, lebih dulu kepada orang lain/pihak lain, karena mengganggap orang lain yang butuh.
(3) Mustahil datang/berkunjung ke orang lain/pihak lain.
(4) Akan jauh dari rasa memiliki, karena sudah hilang rasa peduli, simpati-empati, tahu diri, tahu berterima kasih.
(5) Tertutup pikiran dan mata hatinya untuk membantu orang lain/pihak lain, meski kepada orang lain/pihak lain yang telah berjasa memfasilitasi, membantu, hingga dirinya berhasil, berada di atas dan merasa dibutuhkan.
Sejatinya, dalam suatu organisasi, perkumpukan, kekeluargaan, komunitas, pergaulan bahkan dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan antara sesama akan selalu ada. Tidak ada batas jarak antara orang yang membutuhkan atau dibutuhkan.
Karenanya, bahu membahu dalam menutupi kekurangan, saling menjaga dalam segala keadaan, baik suka maupun duka. Berpikir bahwa mereka ada untuk kita, kita ada untuk mereka, sehingga segala kelemahan dan kekurangan akan tertutupi karena saling melengkapi.
Dengan demikian, tetaplah senantiasa menjadi manusia yang membutuhkan. Sebab, bila merasa sudah menjadi manusia yang dibutuhkan, tetap tidak dapat melakukan segala hal sendiri. Tetap membutuhkan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H