Saat diri kita masih belum mampu berbuat lebih benar dan baik, jangan mencari kesalahan orang lain, jangan mengkambing hitamkan orang lain, saat kita masih belum berhasil sesuai harapan. Perbaiki diri kita secara benar dan baik. Berjuanglah kembali secara benar dan baik pula dengan pondasi "cerdas spiritual (S), intelegensi (I), dan personality (P)".
(Supartono JW.12102024)
Di awal artikel ini saya mengingatkan kepada netizen, warganet, dan umumnya publik sepak bola nasional. Setop meratapi gagal menang karena perilaku wasit yang kontroversial.
Saya pikir, Ketua Umum PSSI Erick Thohir juga tidak perlu bernarasi bahwa "ada yang tidak mau sepak bola Indonesia maju, berkembang".
Bila narasi Erick memang benar. Ada yang mau menghambat Indonesia. Maka berlakulah seperti air. Dihambat, "dipampet", dihalangi, dll oleh tembok tebal sekokoh apa pun, asal volume air bertambah. Siapa mampu menghalangi air? Tembok tebal pun, pasti jebol.
Jadi, kuatkan diri kita, maka saat orang lain/pihak lain mau menghambat kita, kita cukup kuat untuk melawan dan melindungi diri hingga kita kalahkan penghambat dengan kekuatan kita yang "cerdas".
Intinya, saat diri kita masih belum mampu berbuat lebih benar dan baik, jangan mencari kesalahan orang lain, jangan mengkambing hitamkan orang lain, saat kita masih belum berhasil sesuai harapan. Perbaiki diri kita secara benar dan baik. Berjuanglah kembali secara benar dan baik pula dengan pondasi "cerdas spiritual (S), intelegensi (I), dan personality (P)".
Shin Tae-yong (STy) andil salah
Maaf, gagalnya Indonesia meraih 3 poin di kandang Bahrain, dari pengamatan saya, STy sangat berandil besar dalam kegagalan ini. Bahkan melalui dua artikel yang saya tulis sebelum laga, saya sudah mengingatkan bahwa jelang versus Bahrain, STy memiliki pemain Cerdas lebih dari 11.
Lalu, atas pertanyaan wartawan Bahrain, STy menyiapkan tim dalam latihan "kesannya becanda, main-main, tidak serius. Seolah menggampangkan dan meremehkan.
Dari dua artikel itu, sangat jelas bahwa bila STy memiliki lebih dari 11 pemain cerdas. Lalu, 11 pemain yang paling cerdas itu dijadikan starter, maka hasilnya tidak akan seperti permainan babak 1 Garuda itu.