Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Manusia yang Bertaqwa dan Berintegritas

23 April 2024   23:31 Diperbarui: 23 April 2024   23:48 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Manusia yang "lemah" akan sulit mengakui dan menerima kenyataan bahwa sesuatu yang salah akan tetap dianggap benar dan dibenarkan. Karena "kelemahannya" mudah dimanfaatkan oleh pihak yang memiliki "kekuasaan, kekuatan, dan kepentingan".(Supartono JW.23042024)

Adakah manusia yang dapat berbohong pada diri sendiri? Menipu hati nurani? Lisan dan perbuatan adalah cermin dari kebenaran hati nuraninya?

Bertaqwa, berintegritas

Rasa-rasanya, manusia-manusia yang bertaqwa dan berintegritas pun sering kali sulit dapat mengendalikan diri dari godaan dunia. Pasalnya, semasa masih diberikan hidup di dunia, banyak manusia yang lebih berat mementingkan kehidupan duniawinya daripada kepentingan untuk akhirat.

Sehingga, lisan dan perbuatan manusia sering kali dijadikan senjata, ujung tombak untuk membenarkan yang salah. Meskipun hati nuraninya tahu bahwa yang dilakukannya adalah salah.

Yah, di tengah-tengah kehidupan manusia, sering kali yang "lemah" akan sulit mengakui dan menerima kenyataan bahwa sesuatu yang salah akan tetap dianggap benar dan dibenarkan. Karena "kelemahannya" mudah dimanfaatkan oleh pihak yang memiliki "kekuasaan, kekuatan, dan kepentingan".

Bila kita terus belajar dan belajar menjadi orang yang bertaqwa dan berintegritas, mengapa kita takut mengatakan yang salah adalah salah. Mengingkari hati nurani yang mustahil dapat kita lawan oleh diri kita sendiri?

Sejak kapan menyatakan kebenaran yang memang benar, dianggap melanggar? Takut kepada siapa? Lucu? 

Mari, tetaplah menjadi manusia yang senantiasa berupaya istiqomah, teguh pendirian dan selalu konsisten. Tidak dikalahkan oleh nafsu dan kepentingan duniawi. Membela yang salah demi mendapat keuntungan duniawi pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun