Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola

STY, Pemain, Versus Australia U-23, Lihat Diri Sendiri

18 April 2024   10:20 Diperbarui: 18 April 2024   12:15 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila ada pihak yang menyebut pada matchday pertama, Garuda Muda kalah 0-2 dari Qatar. Meskipun kalah, performa Indonesia tidak buruk dan punya beberapa peluang. Hanya saja, kartu merah membuat Indonesia kelimpungan.

Itu adalah pernyataan dan opini yang lucu. Tidak sejalan dengan 3 catatan saya yang merupakan kesatuan dari sebab dan akibat mengapa Garuda kalah dari Qatar. Apa yang diperbincangkan menyoal wasit. Apa yang dilakukan oleh wasit, dia hanya menunggu momentum pemain Indonesia berbuat salah dan bodoh.

Tetapi, banyak pihak dan netizen Indonesia, seolah hanya melihat persoalan wasit menjadi kambing hitam atas kekalahan Indonesia.

Sentuh, pancing emosi, kelar

Padahal sebelum STy datang, publik Asia Tenggara bahkan sudah punya opini khusus untuk pemain Indonesia. "Bila mau mengalahkan Indonesia, cukup dengan memancing emosinya. Maka, jalan meraih kemenangan akan terbuka sendiri."

Yah, sudah berapa kali terjadi, saat lawan memainkan permainan di luar area teknis, mereka akan mudah mengambil keuntungan untuk memenangi laga. Sentuh, pancing emosi. Kelar.

Opini itu pun, rasanya juga pas untuk semua hal di setiap lini kehidupan di Indonesia, karena apa? Karena kelemahan intelegensi dan personality. Karena masih gagal dalam pendidikan.

STy tidak pakai pedagogi

STy saya sebut, bukan sosok pelatih yang kompeten dalam pedagogi. Para pemain yang kini langganan dipanggil oleh STy, dari sisi attitude di dalam lapangan, tetap saja jeblok. Sebab utamanya, STy memiliki kendala bahasa, agama, dan cara pendekatan individu kepada pemain.

Tetapi,  untuk pelatih kelas lokal, saya malah sudah menjuluki 2 pelatih yang memiliki pedagogi ala mereka, karena berhasil menjinakan pikiran dan hati para pemain dengan pendekatan kekeluargaan, keagamaan, dan individualis.

Saya belum melihat sejak STy membesut Timnas Indonesia, ada hal tentang pedagogi yang digarap STy, lalu nampak di dalam praktik lapangan. Saat bertanding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun