Cerdas bermedia sosial itu, cerdas membagikan unggahan dan berkomentar, Â menjaga etika, mampu mengendalikan emosi, tahu Undang-Undang ITE.
(Supartono JW.31032024)
Asah Otak dan Asah Hati
Latihan Reguler SSB Sukmajaya dan Buka Puasa Bersama, Minggu, 31 Maret 2024 di Lapangan 328 Kostrad Cilodong adalah tentang "Cerdas Bermedia Sosial." (instagram, Tiktok dll).
Rentan, belum paham UU, tidak terpantau
Anak-anak usia sekolah (usia dini dan muda), rentan sekali menjadi pelaku pelanggaran di medsos (instagaram, Tiktok, dll). Parahnya sebagian besar masih belum paham ada Undang-Undang yang mengawasi dan jejak digital tidak akan hilang sebagai bukti untuk menjerat hukuman. Dan, tidak terpantau oleh orang dewasa/orang tua/pihak terkait.
Sejatinya, materi asah otak dan asah hati yang saya siapakan adalah tentang "Selalu Mengingat yang Penting". Namun, sebelum sesi asah otak dan asah hati di mulai, tanpa sengaja, saya memperhatikan para siswa sedang bergerombol sambil membicarakan hal yang ramai menjadi perbincangan di Instagram.
Rupanya, yang sedang di bahas, karena ada siswa yang terpancing emosi karena ada siswa dari SSB lain yang membuat hati siswa bersangkutan panas karena ada unggahan/posting yang negatif dari kisah laga kompetisi sepak bola Liga Swasta. Siswa bersangkutan pun membalas dengan mengunggah konten. Akhirnya konten pun menjadi bahan saling ejek, bully, dll, melibatkan siswa SSB-SSB lain.
Lebih dari itu, saya juga menemukan kasus berikutnya, siswa SSB lain memposting konten yang melecehkan SSB lain. Bahkan unggahannya dtonton oleh puluhan ribu orang termasuk ada komentar yang jauh dari cerdas otak dan hati.
Selain itu, saya juga melihat ada konten lucu-lucuan dalam laga sepak bola. Tetapi ternyata konten itu menjadi bahan saling ejek dan bully juga.
Sungguh. Ini kasus yang sangat memprihatinkan. Dalam bulan Ramadan yang penuh berkah dan ampunan ini, seharusnya para siswa mengisi waktu dengan berbuat baik dan beribadah. Namun, ternyata malah bermedos tidak cerdas. Dan membahayakan diri sendiri.
Mirisnya, konten kompetisi sepak bola malah dijadikan bahan untuk bermedos tidak cerdas. Saya yakin, di luar kasus yang saya temukan, anak-anak dan siswa yang bermedsos tidak cerdas cukup banyak.
Siapa yang wajib mengedukasi anak-anak? Mengedukasi siswa? Banyak pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas kejadian bermedsos tidak cerdas ini, bukan hanya dari sumber konten sepak bola. Tapi, sepertinya di semua lini kehidupan.