Orang-orang yang memuliakan diri di hadapan orang lain dan Allah itu: amanah, tidak mengambil untung, membodohi dengan cara membaiki orang lain (rakyat) yang masih bodoh, miskin, dan menderita. Tidak menjadi orang yang kepedean dan memanfaatkan.
(Supartono JW.23032024)
Di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini, sadarkah, orang-orang yang memikul amanah menjadi pemimpin di negeri ini, justru masih terus melakukan perbuatan keji, tak berakhlak. Bahkan, memanfaatkan dengan membodohi (dengan membaiki) rakyat miskin untuk kepentingan dirinya? Bukan malah menjadi cahaya bagi rakyat miskin (bodoh dan menderita)?
Sadarkah orang-orang yang kikir, juga hanya memikirkan dirinya sendiri, seperti hidup di dunia akan kekal. Padahal saat mati, hanya tubuh yang akan masuk liang lahat. Disertai amalan baik yang akan menyelamatkannya dari api neraka. Tidak ada harta benda, kedudukan, pangkat, jabatan, dan kemewahan semu di dunia, yang dibawa.
Selain itu, banyak manusia yang kepedean, karena belum memiliki kemampuan, kompetensi. Atau karbitan, instan, sekadar mendompleng nama besar orangtuanya, dinastinya, tapi sudah berani dan percaya diri eksis di dunia nyata mengikuti jejak orangtua dan dinastinya. Memanfaatkan situasi dan keadaan. Karena tujuannya sama: untuk keuntungan dan kepentingan diri dan keluarganya, kroninya, kelompoknya, dll.
Doa hari ke-13
Apa yang disampaikan para Ulama, diperkuat oleh berbagai literasi, Ibadah Ramadan hari ke-13, satu di antara doanya adalah: "Ya Allah! Mohon sucikanlah diri kami di bulan ini dari segala nista dan perbuatan keji. Berilah aku kesabaran atas apa yang telah Engkau tetapkan. Anugerahkan kepada kami ketakwaan dan persahabatan dengan orang-orang yang baik dengan pertolongan-MU, Wahai cahaya hati orang-orang yang miskin."
Dari doa tersebut, ada tiga bagian yang dapat diurai, dalam memohon kepada Allah:
Pertama, sucikan diri dari nista dan perbuatan keji.
Kedua, berikan kesabaran.
Ketiga, anugerahkan ketaqwaan dan persahabatan dengan orang-orang baik, dan
Keempat, Allah adalah cahaya hati orang-orang yang miskin.
Mulia dan keji
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mulia artinya tinggi (tentang kedudukan, pangkat, martabat), tertinggi, terhormat, luhur (budi dan sebagainya), baik budi (hati dan sebagainya), bermutu tinggi, berharga (tentang logam, misalnya emas, perak, dan sebagainya), logam, hendak  bertabur urai.