Sejauh kaki melangkah dalam kehidupan di dunia, apakah ilmu yang saya, kita peroleh melalui jalur pendidikan formal atau nonformal (baca: otodidak), benar-benar dapat diaplikasikan dengan benar dan baik? Bermanfaat untuk saya, kita, keluarga, lingkungan, masyarakat, hingga bangsa dan negara?
Sebagai pribadi, individu, apakah karakter saya, kita, memberikan pengaruh benar dan baik, teladan, bagi keluarga, lingkungan, masyarakat, hingga bangsa dan negara?
Apakah saya, kita, sudah berperan sesuai dengan kompetensi di dalam kehidupan di tengah keluarga, lingkungan, masyarakat, hingga bangsa dan negara?
Jujurlah pada diri sendiri. Apakah selama hidup ini, saya sudah menjadi aktor/aktris yang benar dan baik, berkarakter protagonis. Atau bahkan sudah dapat menjadi aktor/aktris asli yang memerankan diri sendiri berkategori tritagonis?
Atau malah selama hidup ini, saya malah selalu menjadi aktor/aktris asli yang sikap, perbuatan, dan hidupnya penuh kepura-puraan, penuh topeng, jahat, licik, pembuat kisruh, gaduh, pembuat masalah (trouble maker), bahkan berlindung di balik kedok agama dan pendidikan yang tinggi? Tidak jauh berbeda dengan aktor/aktris palsu yang memerankan karakter anatagonis, jahat, kejam, bengis, licik, pura-pura, bertopeng?
Selama ini, sepanjang masih diberikan kesempatan bernafas, hidup, jujur, saya, kita disimpulkan termasuk golongan aktor atau aktris yang mana? Apakah protogonis? Atau antagonis? Atau tritagonis?
Dalam panggung sandiwara/film/sinetron/dll, karakter protagonis adalah orang yang memerankan tokoh utama pada sebuah cerita. Protagonis berasal dari bahasa Yunani, Â protos yang artinya pertama. Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan protagonis adalah tokoh utama dalam cerita rekaan atau dramatik.
Protagonis merujuk pada sifat yang netral, bisa baik ataupun jahat, walaupun pada umumnya banyak cerita dengan tokoh protagonis yang baik.
Protagonis bertujuan sebagai pembangun plot dalam sebuah cerita. Ia biasanya memiliki tujuan tertentu dan menghadapi banyak konflik di sepanjang cerita berlangsung.
Lantaran dalam banyak cerita biasanya menggunakan sudut pandang si tokoh utama, maka protagonis seringkali dimunculkan dengan watak yang baik, positif, punya sifat terpuji, dan sesuai dengan nilai moral, meski tidak selalu demikian.
Berikutnya, karakter antagonis sesuai KBBI adalah tokoh dalam karya sastra yang merupakan penentang dari tokoh utama alias tokoh lawan. Antagonis identik dengan orang yang menentang atau melawan si protagonis, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara fisik maupun batin. Tokoh yang menghambat atau menghalangi tujuan protagonis yang merupakan karakter utama dalam cerita. Dengan kehadiran tokoh antagonis, konflik dalam cerita akan menjadi lebih kuat dan berkembang. Antagonis digambarkan sebagai sosok buruk, jahat, licik, bertopeng, pura-pura, bahkan disebut sebagai sumber masalah  dalam sebuah cerita.