Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Stasiun Televisi, Hadirkan Narasumber Terkait Pemilu yang 4M

21 Februari 2024   13:10 Diperbarui: 21 Februari 2024   13:42 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Di tengah situasi politik yang masih "panas", sementara sebagian besar rakyat Indonesia tertinggal dalam hal pendidikan. Masih bergelimang kemiskinan dan penderitaan. Stasiun televisi memiliki andil besar dalam membuat rakyat Indonesia terdidik, tercerdaskan, terhibur, dan tercerahkan. Caranya, dalam acara terkait Pemilu, undanglah narasumber yang jelas status dan kompetensinya. Cerdas IQ dan EQ. Dapat mendidik, mencerdaskan, menghibur, dan mencerahkan (4M). Bukan narasumber "tengil" yang abu-abu.

(Supartono JW.21022024)

Dari sebelum, selama, saat pelaksanaan, hingga pasca pencoblosan Pemilu 2024, sudah tidak terhitung, saya aktif menjadi pemirsa berbagai acara terkait Pemilu yang menghadirkan narasumber.

Dari berbagai stasiun televisi yang menayangkan siaran terkait Pemilu, yang rata-rata live, berbagai narasumber yang diundang, statusnya jelas. Ada narasumber dari pihak 01, 02, 03, dan ada pihak netral. Pihak netral ini biasanya diisi oleh pengamat, praktisi, ahli hukum, sampai dari lembaga survei.

Dari sekian banyak acara terkait Pemilu ini, saya dapat mengidentifikasi bahwa narasumber yang seharusnya netral, ternyata di beberapa stasiun televisi, si narasumber malah terkesan memihak kepada salah satu Paslon.

Parahnya lagi, ada narasumber yang orangnya sama, diundang di stasiun televisi berbeda, saat diberikan kesempatan berbicara, gaya bahasa dan isi pembicaraannya tidak sesuai dengan statusnya sebagai narasumber yang seharusnya netral.

Si narasumber ini, hanya berlindung di balik kata pengamat atau praktisi atau ahli atau lembaga survei, tapi isi pembicaraannya sangat terkesan, yang bersangkutan sudah "menerima bagian" dari pihak yang "mengontraknya".

Bahkan, si narasumber yang tingkah dan bicaranya saya sebut "tengil", tidak mendapat respon positif dari audien yang hadir di stasiun televisi.

Dalam KBBI, tengil adalah menyebalkan (tentang sikap dan kelakuan).

Mericek narasumber, sensitif

Kepada pihak stasiun televisi mana pun, di tengah kondisi rakyat Indonesia masih didominasi oleh sebagian besar rakyat yang hidupnya berkubang dalam kebodohan, kemiskinan, dan penderitaan, stasiun televisi yang menjadi salah satu sarana pendidikan, pencerdasan, hiburan, dan pencerahan, mohon di tengah situasi sensitif, sebab proses Pemilu 2024 masih belum usai. Dapat selektif mengundang narasumber. Juga, "ngintip" di stasiun televisi lain, mana narasumber yang dapat bertanggungjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun