Bila tidak pernah ikhlas. Tidak pernah menjadi diri sendiri. Hidupnya menjadi agunan orang lain/pihak lain. Takut kehilangan yang bukan milik. Maka, dalam bertindak, bersikap, berbuat, berbicara, dan lainnya, tidak akan tahu malu. Tidak akan patuh pada etika.
(Supartono JW.01022024)
Orang yang memiliki rasa malu, dapat dipastikan, dia bukan orang gila. Sebab, orang yang memiliki rasa malu, akan berbuat sesuai dengan makna malu. Dalam KBBI, satu di antara makna malu adalah merasa sangat tidak enak hati (hina, rendah, dan sebagainya) karena berbuat sesuatu yang kurang baik (kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai cacat atau kekurangan, dan sebagainya).
Sementara tiga makna gila di KBBI adalah (1) sakit ingatan (kurang beres ingatannya); sakit jiwa (sarafnya terganggu atau pikirannya tidak normal). (2) Makna gila berikutnya adalah tidak biasa; tidak sebagaimana mestinya; berbuat yang bukan-bukan (tidak masuk akal). (3) Arti selanjutnya terlalu; kurang ajar (dipakai sebagai kata seru, kata afektif); ungkapan kagum (hebat). (4) terlanda perasaan sangat suka (gemar, asyik, cinta, kasih sayang). Dan (5) tidak masuk akal.
Orang yang memiliki rasa malu, tentu juga dapat dipastikan, dia adalah orang yang beretika. Sebab, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Artinya, orang yang beretika, selain mengetahui ilmu tentang etika, juga dapat mempraktikkan etika dalam kehidupan yang benar.
Tidak beretika, tidak tahu malu, seperti gila
Atas penjelasan dan memahami makna tentang malu, gila, dan etika tersebut, kini rakyat Indonesia yang tahu malu, tahu etika, khususnya dalam kontestasi politik, sangat prihatin melihat perilaku beberapa manusia yang bertindak, bersikap, berbuat, berbicara, dan lainnya seperti orang gila.
Semua dilakukan demi kepentingan-kepentingannya, sampai mengorbankan dirinya menjadi orang yang tidak tahu malu. Menjadi orang yang tidak beretika.
Wahai rakyat Indonesia, khususnya yang masih punya rasa malu dan masih tahu etika, akankah Anda-Anda juga mau mengorbankan diri ikut-ikutan bertindak, bersikap, berbuat, berbicara, dan lainnya seperti orang gila? Hanya sekadar karena Anda mendapatkan sesuatu yang instan? Hanya sekadar berharap akan kecipratan kebahagiaan semu?
Anda-Anda dan kita-kita ini, sebagai rakyat jelata, hanya dibutuhkan suaranya oleh mereka, demi mereka mendapatkan kekuasaan. Apa yang mereka tawarkan dan bagikan, juga milik kita, bukan dari mereka.
Mari gunakan akal pikiran dan hati yang cerdas, sehat. Tidak sakit jiwa. Tidak membiarkan negara ini kembali dijajah oleh penjajah pribumi. Setop penjajahan di Republik ini oleh orang-orang yang seperti orang gila. Karena sudah tidak memiliki rasa malu. Sudah tidak memiliki etika.