Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Mie Instan, Buah Stroberi, dan Bumerang

27 Desember 2023   17:27 Diperbarui: 27 Desember 2023   17:27 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kecerdasan otak (kaya pikiran) dan kecerdasan emosi (kaya hati) berpondasi iman, akan hindarkan manusia dari karakter  stroberi, perbuatan instan-licik-culas, serta gaya hidup yang tidak membumi.

(Supartono JW.27122023)

Lagi, hanya menghitung hari mendekati tahun 2024, ada kisah menarik yang saling berkolaborasi. Dia adalah kisah tentang mie instan=perbuatan instan dan kisah buah stroberi=karakter.

Instan, licik, culas

Makan mie instan saja sudah melanggar aturan tim. Ini sedang TC timnas, di negeri orang, malah dishare di media sosial (medos). Maksudnya?

Menyebut singkatan berbahasa asing, tapi melafalkan kepanjangannya tidak benar. Menyebut istilah, tapi tidak ada di literatur. Padahal dalam forum vital untuk rakyat, bangsa, dan negara. Maksudnya apa juga?

Masih banyak contoh ulah-ulah lain yang sudah dilakukan di +62 di berbagai lapisan masyarakat terkait perbuatan yang dilakukan tanpa menggunakan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, termasuk gaya-gaya-an, hedon-hedon-an, licik, culas, berujung menjadi bumerang. Senjata makan tuan. Tuannya bukan hanya diri sendiri, tapi tim, keluarga, kelompoknya, dll.

Ini sama maknanya dengan siapa yang berbuat licik dan culas demi mendapatkan/mencapai sesuatu, maka pada saatnya, kelicikan dan keculasan akan terbongkar oleh "hasil" dari licik dan culas itu.

Bumerang dan stroberi

Sesuai makna KBBI, bumerang adalah senjata lempar berbentuk lengkung dari kayu yang digunakan oleh penduduk asli Australia, yang dapat kembali kepada pelemparnya jika tidak mengenai sasaran. Arti berikutnya yaitu perkataan (perbuatan, ulah, peraturan, dan sebagainya) yang dapat merugikan atau mencelakakan diri sendiri.

Tingkah polah orang-orang yang akhirnya dapat bumerang ini, adalah bagian dari manusia instan (ada di setiap generasi kita). Generasi yang di semua hal maunya memetik hasil, tanpa berproses. Menginginkan segala sesuatu serba cepat dan praktis, tanpa perlu bersusah payah. Padahal, kematangan hanya bisa didapat melalui proses. Bagaimana membuat mereka paham?

Generasi instan juga sebelas duabelas dengan generasi strawberry atau generasi stroberi.Generasi yang memiliki ketahanan rendah dan mudah terpengaruh oleh berbagai situasi, sensitif, serta kurang tangguh menghadapi tekanan dan tantangan kehidupan.

Mengapa stroberi? Stroberi adalah buah yang karakternya mudah rusak, lembut, dan sensitif terhadap tekanan dari luar. Karenanya, generasi ini rentan stres, lemah kecerdasan emosional/mental (personality), sensitif terhadap kritik, ketergantungan kepada teknologi. Ini pun menjangkiti semua generasi di +62.

Penyebabnya adalah dinamika perubahan sosial dan lingkungan, pengaruh medsos, kurang pemahaman kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.

Sehingga dalam kehidupan sehari-hari cenderung mau yang serba instan. Gaya-gaya-an, ikutan gaya hidup hedon meski tidak memiliki cukup "kemampuan".

Hedon adalah sifat yang mengakibatkan seseorang boros, malas, egois, dan tidak menghargai orang lain.

Hedon, sebutan singkat dari hedonisme. Hedonisme berkaitan dengan pandangan hidup seseorang yang menganggap kenikmatan materi sebagai tujuan hidup. Miskin pikiran, miskin hati.

Terkait budaya instan,  karakter stroberi, dan gaya hedon, di tahun politik ini, rasanya bukan hanya menyasar ke generasi muda, tetapi generasi tua pun bahkan ikut meneladani sikap dan perbuatan instan, karakter stroberi, dan gaya hedon.

Lebih parah, karena orangtuanya mabuk jabatan/kekuasaan, perbuatan instan pun di lakukan agar anaknya dapat terus hidup di lingkaran kekuasaan demi terus dapat bergaya hedon, meski kompetensinya masih di taraf karakter stroberi.

Bila kita semua menyadari, akibat sektor pendidikan masih gagal, maka bercermin pada berbagai peristiwa instan, licik, culas, politik, budaya, hedon, ekonomi, oligarki, korupsi, dan lainnya, itu karena adanya karakter stroberi yang masih lemah kecerdasan intelektual (IQ), lemah kecerdasan  emosionalnya (EQ), dan belum kuat iman (religius).

Semoga selama ini, dan jelang masuk tahun 2024, saya, kita, termasuk menjadi bagian orang-orang yang tidak melakukan budaya dan perbuatan instan, tidak licik-culas untuk mendapatkan/mencapai sesuatu. Tidak terkena bumerang. Bermental kuat, bukan karakter stroberi. Selalu tahu diri dan dapat mengukur diri. Dijauhkan dari sifat dan perilaku hedon, sebab selalu belajar dan belajar agar cerdas intelektual (otak), emosional (hati), dengan pondasi iman. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun