Kecerdasan otak (kaya pikiran) dan kecerdasan emosi (kaya hati) berpondasi iman, akan hindarkan manusia dari karakter  stroberi, perbuatan instan-licik-culas, serta gaya hidup yang tidak membumi.
(Supartono JW.27122023)
Lagi, hanya menghitung hari mendekati tahun 2024, ada kisah menarik yang saling berkolaborasi. Dia adalah kisah tentang mie instan=perbuatan instan dan kisah buah stroberi=karakter.
Instan, licik, culas
Makan mie instan saja sudah melanggar aturan tim. Ini sedang TC timnas, di negeri orang, malah dishare di media sosial (medos). Maksudnya?
Menyebut singkatan berbahasa asing, tapi melafalkan kepanjangannya tidak benar. Menyebut istilah, tapi tidak ada di literatur. Padahal dalam forum vital untuk rakyat, bangsa, dan negara. Maksudnya apa juga?
Masih banyak contoh ulah-ulah lain yang sudah dilakukan di +62 di berbagai lapisan masyarakat terkait perbuatan yang dilakukan tanpa menggunakan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, termasuk gaya-gaya-an, hedon-hedon-an, licik, culas, berujung menjadi bumerang. Senjata makan tuan. Tuannya bukan hanya diri sendiri, tapi tim, keluarga, kelompoknya, dll.
Ini sama maknanya dengan siapa yang berbuat licik dan culas demi mendapatkan/mencapai sesuatu, maka pada saatnya, kelicikan dan keculasan akan terbongkar oleh "hasil" dari licik dan culas itu.
Bumerang dan stroberi
Sesuai makna KBBI, bumerang adalah senjata lempar berbentuk lengkung dari kayu yang digunakan oleh penduduk asli Australia, yang dapat kembali kepada pelemparnya jika tidak mengenai sasaran. Arti berikutnya yaitu perkataan (perbuatan, ulah, peraturan, dan sebagainya) yang dapat merugikan atau mencelakakan diri sendiri.
Tingkah polah orang-orang yang akhirnya dapat bumerang ini, adalah bagian dari manusia instan (ada di setiap generasi kita). Generasi yang di semua hal maunya memetik hasil, tanpa berproses. Menginginkan segala sesuatu serba cepat dan praktis, tanpa perlu bersusah payah. Padahal, kematangan hanya bisa didapat melalui proses. Bagaimana membuat mereka paham?