Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Debat, Antara Attitude dan Mendidik?

23 Desember 2023   23:06 Diperbarui: 24 Desember 2023   06:15 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


Debat Capres-Cawapres untuk adu gagasan dan menunjukkan kompetensi dan kualitas calon pemimpin. Bukan lomba untuk menang-kalah, sekadar menjatuhkan lawan, apalagi unjuk perasaan, dan kepongahan.

(Supartono JW.23122023)

Suasana bising di +62 usai Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar acara debat kedua Pilpres 2024, yaitu debat calon wakil presiden (Cawapres) yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (22/12/2023), tidak berbeda dengan suasana usai debat pertama calon presiden (Capres).

Narasi-narasi berhamburan di media sosial. Begitu pun di media massa cetak, online, dan televisi, saling berlomba dengan program acara yang lebih sekadar mengeksplor serta menggoreng apa yang terjadi dalam debat.

Kelompok dan pendukung Capres dan Cawapres bersangkutan memuji dan sibuk memberikan justifikasi atas adegan drama yang terjadi di panggung debat.

Sebaliknya kelompok dan pendukung Capres dan Cawapres lawan, saling serang dan menjatuhkan.

Setelah beberapa jam saya amati, hingga saya tulis artikel akibat dari suasana bising debat Cawaprer bertema Ekonomi (ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital), Keuangan, Investasi Pajak, Perdagangan, Pengelolaan APBN-APBD, Infrastruktur, dan Perkotaan ini, saya sepakat dengan pandangan para pengamat yang telah menyampaikan opininya saat diundang menjadi narasumber di televisi.

Bahwa buah dari debat Cawapres tidak menyentuh substansi yang seharusnya. Tidak nampak kompetensi yang dibutuhkan rakyat dalam rangka mengentaskan ekonomi rakyat yang terus terpuruk.

Menang-kalah

Bahkan yang memiriskan hati, ada Cawapres yang menjadikan ajang debat untuk mencari kemenangan seperti sedang lomba cerdas cermat tingkat SD atau sekolah menengah dengan cara-cara yang jauh dari tindakan manusia intelek dalam memberikan pertanyaan, jawaban, bahasa tubuh, bahasa komunikasi.

Merasa puas dan menang saat lawannya dianggap tidak dapat menjawab pertanyaan. Padahal pertanyaan yang dilemparkan, diungkap oleh beberapa pihak dan pengamat, tidak substansif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun