Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agar Tidak Berbuat Bohong dan Berbohong?

4 Desember 2023   23:15 Diperbarui: 4 Desember 2023   23:50 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikutnya, ada pertanyaan: Mengapa seseorang memutuskan sampai memilih berbuat bohong dan berbohong?

Dari berbagai literasi, di antara jawabannya adalah karena upaya untuk menyelamatkan diri, citra, nama baik, atau karena ada faktor tekanan dari luar dirinya.

Dapat pula dipastikan, anak-anak maupun orang dewasa termotivasi untuk bohong dan berbohong karena alasan yang sama, hanya isinya yang berbeda.

Dikutip dari The Truth About Lying (2022), Profesor Victoria Talwar dari Departemen Psikologi Pendidikan dan Konseling, Univeristas McGill, menyebut bahwa secara umum kebohongan terjadi karena alasan dari mementingkan diri sendiri hingga altruistik.

Talwar mengelompokkan kebohongan dalam beberapa kategori, antara lain:
1) Kebohongan untuk menghindari dampak buruk/hukuman.
2) Kebohongan untuk kepentingan pribadi.
3) Kebohongan untuk merawat citra.
4) Kebohongan untuk bersikap sopan.
5) Kebohongan untuk membantu orang lain atau kelompok.
6) Kebohongan altruistik.

Altruistik adalah tindakan sukarela yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun, kecuali telah memberikan suatu kebaikan (Sears dalam Pujiyanti, 2009).

Hati-hati

Kecenderungan pada orang-orang yang terbiasa bohong dan berbohong, akan terus bohong dan berbohong. Menganggap bohong dan berbohong menjadi perbuatan wajar, bukan perbuatan dosa.

Bohong dan berbohong juga sebagai buntut atau akibat untuk menutup tindakan bohong dan berbohong sebelumnya.

Lihatlah koruptor! Awalnya korupsi kecil-kecilan. Karena tidak ketahuan, menjadi biasa dan terbudaya. Lama-lama, menjadi candu dan terbiasa mewajarkan tindakan dirinya sendiri untuk berbuat bohong dan berbohong.

Lihatlah para politikus! Apakah yang mereka lakukan di antaranya tidak terselip kebohongan dan kebohongan demi mendapatkan simpati rakyat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun