Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahu Diri = Tahu Aturan,Tahu Malu, Tahu Etika, Tahu Sopan-Santun

26 Oktober 2023   09:17 Diperbarui: 26 Oktober 2023   09:21 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Siapa, yang ingat, siapa-siapa saja yang telah membuat dirinya menjadi siapa, dari awalnya bukan siapa-siapa, tentu si siapa ini adalah orang yang tahu diri dan tahu membalas budi. Cerdas intelegensi, cerdas personality. Kaya pikiran, kaya hati. Tahu, bahwa dirinya tahu. Maka, tahu tata krama dan etika. Tahu malu.

(Supartono JW.25102023)

Bagi yang tidak tergolong kelompok orang-orang rendah diri, rasa malu wajib kita tancapkan dalam pikiran dan hati, untuk mengendalikan tingkah laku kita.

Pasalnya, rasa malu erat berhubungan dengan etika dan sopan santun. Karenanya, bila kita berbuat salah, tidak sesuai etika, dan tidak sesuai kesantuanan, bila kita "waras", pasti akan ada rasa malu.

Terkait dengan rasa malu, etika, dan sopan santun, kini rakyat Indonesia justru sedang disuguhi oleh pertunjukkan drama politik yang beberapa aktornya, dipandang oleh berbagai lapisan masyarakat sebagai orang yang tidak punya rasa malu, tidak punya etika, tidak punya sopan santun demi mewujudkan ambisi pribadi dan keluarganya.

Hal ini semakin melengkapi suburnya pertunjukkan yang adegannya mengisahkan aktor-aktor tidak tahu malu. Sebab, selama ini, di +62, kasus pejabat korupsi, gratifikasi, dan lainnya hingga perang Twitter antarfigur publik, itu segelintir contoh dari hilangnya rasa malu itu. 

Banyak pihak yang sudah mengungkapkan bahwa Indonesia telah gagal menjadi bangsa besar karena kehilangan rasa malu. Padahal malu adalah moral utama untuk mengendalikan perilaku. Terlebih, orang-orang yang ditokohkan.dan layaknya menjadi teladan bagi rakyat, justru meneladani dengan melakukan perbuatan yang memalukan.

Bagaimana mau jadi negarawan? Menjadi teladan saja tidak bisa. Tidak punya rasa malu, tidak punya etika, tidak punya sopan santun.

Bila para tokoh elite di negeri ini,  berbuat salah tidak lagi malu, ini struktur masyarakat macam apa yang Indonesia miliki saat ini. 

Harus disadari, budaya punya rasa malu adalah modal utama agar orang  tidak berbuat jahat.  Bagaimana dengan memulai langkah saja sudah menyalahi etika, tidak punya sopan santun, berbuat salah, tapi tidak punya rasa malu. Itu jahat. Apakah hasil perbuatannya akan berkah dan amanah?

Mirisnya, lingkungan yang seharusnya berperan menciptakan bagaimana seseorang tumbuh dengan kadar rasa malu masing-masing. Sebab, lingkungan terdiri dari individu-individu dengan tanggung jawabnya masing-masing terhadap diri sendiri. Prinsipnya, bagaimana kita sebagai individu dan bagian dari lingkungan bisa lebih menghargai diri sendiri. Tetapi, justru ada orang-orang yang dalam satu lingkungan, saling mendukung dan memupuk kesuburan tidak punya rasa malu. Tidak punya etika dan sopan-santun?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun