Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang yang Tahu bahwa Dirinya Tahu, Punya Uang dan Waktu

1 Juli 2023   15:53 Diperbarui: 1 Juli 2023   15:55 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Pertanyaan untuk diri saya: Apakah saya orang yang tahu bahwa diri saya tahu? Saya punya uang dan waktu untuk kemaslahatan diri, keluarga, dan masyarakat? Saya tidak takut kehilangan yang bukan milik saya? Saya mau membagikan yang menjadi hak orang lain?

(Supartono JW.01072023)

Menurut Imam Al-Ghazali, manusia dibedakan atas 4 digolongkan. Beberapa kali sudah saya tulis dengan kesimpulan,
(1) Ada orang yang tahu bahwa diri tahu.
(2) Ada orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu.
(3) Ada orang yang tidak tahu bahwa dirinya tahu.
(4) Ada orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu.

Pertanyaannya, sepanjang hidup dan kehidupan di dunia yang sudah saya, kita lalui, saya, kita, termasuk golongan nomor berapa, ya?

Yang pasti, bila saya, kita termasuk golongan yang nomor (4), apakah saya, kita mau membohongi diri sendiri? Membohongi/menipu orang lain? Bagaimana berbohongnya, bagaimana menipunya, coba?

Orang kaya pikiran dan hati

Bila saya, kita, adalah termasuk golongan orang nomor (1), apakah ada orang yang membantu masyarakat dalam berbagai lini kehidupan, karena pamrih. Karena ada keluarga kita di dalamnya. Karena berharap masyarakat menghargai saya, kita?

Sekadar pamer, riya. Riya adalah satu di antara perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Riya termasuk ke golongan perbuatan tercela dalam Islam. Perbuatan ini digambarkan sebagai seseorang yang melakukan suatu amalan yang bertujuan pamer agar bisa dilihat baik oleh manusia lainnya?

Atau demi untuk mendapatkan suara. Untuk kursi jabatan dan kedudukan. Tetapi setelah mendapatkannya, malah rakus. Lupa dari mana suara yang mengantar duduk di kursi. Lalu, jadi maling , mengambil atau mencuri, korupsi uang rakyat, demi kepentingan diri dan kelompoknya?

Jawabnya banyak orang yang seperti itu. Karena menjadi orang yang tahu bahwa dirinya tahu, justru memanfaatkan kelebihannya bukan untuk bersyukur, tetapi malah untuk berbuat yang tidak maslahat, licik, bahkan sampai membodohi, dan memanfaatkan orang lain untuk keuntungan dirinya.

Tetapi, meski demikian, lihatlah di sekeliling kita. Banyak orang yang tetap menyadari dan memahami, bahwa banyak orang lain yang membutuhkan uluran tangan "bantuan" dalam berbagai hal. Karena hingga saat ini, kondisi masyarakat Indonesia masih belum sesuai harapan seperti yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Masyarakat tetap merasakan ketidakadilan dan penderitaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun