Sikap Fair Play pun dapat terdeskripsikan dalam praktik seperti bermain jujur, menerima kekalahan dengan berbesar hati, patuh dan disiplin kepada regulasi, menghormati lawan, wasit dan perangkat pertandingan, ofisial, penonton. Selain itu Fair Play juga terdeskripsi saat menomorsatukan kepentingan sepak bola. Artinya, tidak merusak suasana kompetisi. Menjaga kehormatan dan martabat semua pihak yang terlibat dalam kompetisi.
Pekan ke-10 LFP, saya sebut sudah terkategori fair play, artinya semua pelaku dalam kompetisi LFP ini bukan hanya sudah memahami fair play, tetapi sudah dapat mengaplikasikan apa, siapa, mengapa, kapan, bagaimana, dan di mana sikap, tindakan, dan perbuatan fair play itu wajib dijunjung tinggi.
Sembilan pekan kompetisi LFP dilalui, berbagai hal yang tidak sesuai fair play sudah terjadi, pun sudah menjadi catatan dan koreksi. Ini bukan hal yang semudah membalik telapak tangan. Namun, kecerdasan yang melahirkan kesadaran betapa vitalnya sikap, tindakan, dan perbuatan fair play dalam hal sepak bola, benar-benar dapat menjadi teladan untuk setiap kita, fair play di kehidupan nyata.
Tetapi wajib dan wajib dicatat, saat sebuah cita berjalan dengan benar dan baik, sesuai tujuan dan sasaran, jangan berpikir langkah sudah usai. Ada beban tugas berat selanjutnya, bagaimana cara mempertahankan dan lebih meningkatkan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H