PROGRAM ANDALAN PSSI sebelum "ini" adalah PROGRAM PENGULANGAN KESALAHAN. Apakah PSSI sekarang akan MENGULANG? Kita tunggu, hasil Kongres Biasa (KB)-nya.
(Supartono JW.28052023)
PSSI berencana menggelar Kongres Biasa (KB) 2023 pada Minggu (28/5/2023) di Hotel Intercontinental, Pondok Indah, Jakarta. KB PSSI 2023 yang akan digelar mulai pukul 13.00 WIB ini, merupakan KB pertama bagi kepengurusan PSSI di bawah Kepemimpinan Erick Thohir.
Sesuai Statuta, sebayak 87 voters yang mempunyai hak suara akan menghadiri KB. Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo juga akan hadir dalam KB ini.
Dari informasi yang dirilis berbagai media, ada lima hal utama yang bakal menjadi pokok pembahasan.
Lima hal tersebut adalah:
1. Penetapan program dan rencana anggaran PSSI 2023
2. Pengesahan auditor independen
3. Penerimaan pemberhentian serta perubahan nama dan domisili anggota PSSI
4. Penetapan badan yudisial
5. Penyempurnaan kode disiplin PSSI.
Dari 5 hal yang menjadi pokok pembahasan tersebut, publik sepak bola nasional tentu sangat berharap agar PSSI di bawah Erick Thohir benar-benar mengubah paradigma baru sepak bola Indonesia.
Pasalnya, yang saya catat selama ini, dalam KB, KB selalu menjadi kegiatan yang sekadar formalitas, karena apa pun agenda yang dibahas, pada ujungnya akan disahkan dengan mudah. Mengapa? Yang paham PSSI tentu tahu jawabnya. Terlebih, setiap KB, waktunya juga sangat terbatas.
Setali tiga uang dengan persoalan klasik tentang KB yang seperti demikian, maka publik sepak bola nasional yang seharusnya menjadi pemilik dari sepak bola Indonesia, karena menjadi obyek dari semua kepentingan PSSI, apalagi bila dikaitkan dengan sponsor. Sponsor mau menjadi bagian dari sepak bola Indonesia di bawah PSSI, karena keberadaan rakyat (publik) Indonesia yang menjadi penggemar sepak bola. Menjadi salah satu dari negara terbesar yang rakyatnya mencintai sepak bola. Inilah daya tarik mengapa ada pihak yang mau menjadi sponsor.
Sayang, selama ini, sepak bola nasional tidak pernah menjadi milik publik. Tapi hanya milik 87 voters. 87 voters inilah yang bisa dikondisikan dan disutradari untuk "nurut" pada satu skenario agar dalam KB, semua agenda yang dibahas seolah tinggal ketuk palu.
Akibatnya, hasil KB tidak signifikan membuat sepak bola nasional berprestasi di bawah PSSI. Berputar-putar "di situ" saja. Bahkan di Asia Tenggara, sepak bola nasional terus di bawah bayang-bayang Thailand dan Vietnam, sebab PONDASInya tidak pernah diurus. Tidak pernah masuk dalam Program PSSI Â yang membumi. Sepak bola akar rumput terus ditelantarkan, terus menjadi anak tiri di bawah ketiak PSSI.
Wadah SSB dibiarkan ada, dibiarkan tiada