Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Manusia yang Ingat"

28 April 2023   17:57 Diperbarui: 28 April 2023   18:20 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW


"Manusia yang ingat" senantiasa kaya pikiran dan kaya hati. Sadar dan selalu dapat menempatkan diri menjadi manusia sebagai makhluk individu, beragama, berbudaya, dan sosial, sebab cerdas intelegensi, personality, dan iman, sehingga tahu diri dan rendah hati.

(Supartono JW.28042023)

Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna ingat di antaranya adalah berada dalam pikiran, tidak lupa, timbul kembali dalam pikiran, sadar, siuman, menaruh perhatian; memikirkan akan, hati-hati, berwaswas, mempertimbangkan (memikirkan nasib dan sebagainya), berniat, hendak.

Ingat

Di antara beberapa makna tersebut, yang lazim dipakai oleh masyarakat tentang ingat adalah tidak lupa (kacang akan kulitnya). Sebab, diksi ingat lebih banyak diasosiasikan dengan perilaku manusia yang santun, berbudi pekerti luhur, tahu diri, peduli, rendah hati, sehingga seseorang tahu bagaimana caranya membalas budi, tahu bagaimana cara berterima kasih.

Karenanya manusia yang ingat akan asal-usulnya, awal mula latar belakang kehidupannya, siapa yang berpengaruh dalam proses kehidupan di dunia hingga berhasil atau malah gagal. Ingat saat miskin harta kemudian kaya harta. Ingat saat kaya harta, kemudian jadi miskin. Ingat saat masih bodoh, kemudian menjadi pintar. Ingat mengapa tidak lagi pintar. Ingat siapa orang yang pernah membantu dan menolong dalam kehidupannya. Ingat siapa yang membantu mengantarnya hingga memiliki kedudukan dan jabatan. Dan, ingat-ingat yang lainnya.

Pastinya, "manusia yang ingat" tentu akan selalu berupaya menjadi makhluk individu, beragama, berbudaya, dan sosial yang benar dan baik. Sebab senantiasa menggunakan akal dan hati yang sehat. Kaya pikiran dan kaya hati. Sudah selesai dengan dirinya sendiri, maka selalu ingat siapa yang telah dan pernah menjadi bagian hidupnya, baik dalam senang dan susah. Karena sebagai makhluk individu, berbudaya, dan sosial, hidup tidak bisa sendiri.

5 perkara

Sementara, sebagai mahkluk beragama, akan selalu ingat sekaligus menjaga 5 perkara sebelum datang 5 perkara, yaitu ingat dan jaga:

[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu.

Di antara maksudnya adalah, lakukanlah ketaatan ketika dalam kondisi kuat untuk beramal (yaitu di waktu muda), sebelum datang masa tua renta.

[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun