Orang-orang yang mampu "menahan diri", tahu bahwa dirinya: kaya pikiran, kaya hati, kaya harta dari jalan yang benar dan baik. Tahu bahwa dirinya: kaya pikiran, kaya hati, tetapi masih miskin harta, dan tetap di jalan yang benar dan baik.
(Supartono JW.Ramadan20.1444H.11042023)
Penghujung fase 10 hari kedua, maghfirah/magfirah, hari ke-20 Ramadan 1444 Hijriah, ada yang sangat menarik di ulas.
Smartphone masyarakat menjadi mata
Di satu sisi, masyarakat yang bergaya hidup hedon, sudah mulai tengkurap alias bersembuyi, sebab sudah ada contoh, harta benda dan uang yang didapatkan suami/istri yang menjadi kekayaannya justru malah diselidiki asal-usulnya oleh KPK, karena tidak sesuai dengan fakta atau realitas sesuai jabatannya dalam pekerjaan atau bisnis.
Bahkan, mengingat begitu masifnya berita negatif tentang kelakuan oknum pegawai pajak, bukan tidak mungkin dampaknya juga akan dirasakan oleh pegawai pajak yang lain. Minimal, mereka akan ikut menanggung malu. Ibarat kata, jika dulu para pegawai pajak ini mudik atau pulang kampung dengan membawa kebanggaan, sebagai pegawai pajak, Â sekarang sudah tidak bisa lagi, sebab masyarakat sudah memandang lain.Â
Sejatinya, sebelum kasus Mario Dandy mencuat, hingga dampaknya bukan saja kepada orangtuanya yang kini dimiskinkan, Â sudah sejak dulu, pemikiran masyarakat, bila ditanya apa pendapat tentang tetangga yang pegawai pajak, jawabnya, kaya, hasil korupsi.Â
Lebih dari masalah hedon dan pegawai pajak, kini di Republik ini, tanpa disadari, seluruh smartphone masyarakat sudah menjadi mata yang tajam, lebih dari intel dan wartawan. Jadi, jangan coba-coba membuat suasana "gaduh" atau yang aneh-aneh. Sebab, menjadi santapan smartphone publik dan viral.
OKB, OKS, kaya pikiran dan hati
Seiring dengan tatapan mata masyarakat kepada orang-orang yang sombong dan pongah, bergaya hedon dan sok sultan di negeri ini, padahal cara mendapatkan uang dan harta bendanya juga sudah banyak yang dipastikan dengan cara korupsi, gratifikasi, hingga pencucian uang, dan lainnya, seharusnya, Orang Kaya Baru (OKB) meneladani Orang Kaya Sejati (OKS) yang mendapatkan kekayaan dari cara yang benar, baik, dan halal. Kekayaannya  pun sampai bermanfaat turun-temurun hingga tujuh turunan, tetapi gaya hidupnya sederhana.Â
Memang orang yang cerdas intelegensi (otak) dan cerdas personality (kepribadian) akan lebih tahu diri, lebih mawas diri, lebih rendah hati, dalam hal memperlakukan kekayaan atau kemiskinan hartanya di depan masyarakat, baik dalam situasi miskin atau kaya harta, karena kaya pikiran dan kaya hati. Dalam situasi miskin atau kaya harta, mereka pun tetap berbagi dan menghargai.