Meski pun, manajemen tim meminta maaf kepada panitia, dari peristiwa tersebut, terdeskripsi bahwa manajemen tim masih gagal mendidik orangtua siswa.
Wahai para orangtua, sudah berkali-kali saya tulis dan saya ulang-ulang setiap kali membahas siapa yang membuat sepak bola akar rumput Indonesia menggeliat. Dia adalah orangtua. Orangtua adalah SPONSOR UTAMA sepak bola akar rumput Indonesia. Bukan Pemerintah/PSSI/Asprov,/Askot/Askab/Klub/SSB.
Jadi, dalam LFP IJSL U-14 2023, tidak perlu ada orangtua siswa yang berbuat bodoh, mengaku-aku menjadi pahlawan karena membiaya anaknya dalam tim. Karena merasa membiaya, lalu merasa boleh bersikap dan bertindak arogan semaunya, tidak ada otak dan kepribadian, dalam memahami regulasi kompetisi. Tidak tahu kompetisi apa yang sedang diikuti anaknya. Tidak tahu apa itu fair play.
Untuk itu, sebab pekan ke-8 akan dilanjutkan usai Idul Fitri 1444 Hijriah, maka bagi seluruh tim, adalah waktu yang tepat untuk bercermin dan merefleksi diri. Sudah sejauh mana menjadi bagian dari sepak bola akar rumput Indonesia yang sesuai nilai fair play.
Apa yang sudah diperbuat oleh manajemen tim dalam mengedukasi semua bagian anggotanya, sebagai pelaku fair play khusuanya di LFP IJSL U-14 2023, umumnya di kehidupan nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H