Timnas  Indonesia U-20,  akan memainkan laga terakhir dalam International Friendly Match (IFM) U-20 yang digelar oleh PSSI, versus Guatemala di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Selasa (21/2/2023).
Bukan turnamen, tidak ada juara
Sebelum saya mengulas prediksi Timnas Garuda vs Guatemala, serta kemenangan atas Fiji dan kekalahan atas Selandia Baru, publik sepak bola nasional perlu "ngeh" bahwa yang sedang dilakoni oleh empat tim peserta Piala Dunia U-20 di SUGBK tersebut, bukan turnamen, melainkan International Friendly Match. Jadi, tidak ada penentuan juaranya.
Meski sejak awal, PSSI tidak menyebut turnamen, tetapi IFM U-20 atau laga uji coba tanpa mencari tim juara. Namun, media massa justru memberitakan dengan tajuk turnamen. Bahkan sampai ada yang membuat klasemen hingga membuat prediksi bila Garuda U-20 mau juara, maka ada hitung-hitungan matematis saat bentrok dengan Guatemala. He he.
Hal ini pun ditegaskan ulang oleh
Media Officer, Bandung Saputra kepada kepada awak media, Senin 20 Februari 2023.
Sebab, banyak yang mengira PSSI mencari tim juara dalam turnamen ini. Terlebih, jadwal pertandingan menggunakan format setengah kompetisi, keempat tim saling bertemu.
IFM U-20, digelar sejak Jumat 17 Februari 2023, diikuti  empat tim: Timnas Indonesia U-20, Timnas Guatemala U-20, Timnas Selandia Baru U-20 dan Timnas Fiji U-20.
Selain sebagai tolok ukur untuk kesiapan Timnas Indonesia U-20 ke Piala Dunia, ajang ini justru sebagai persiapan Garuda U-20 untuk Piala Asia U-20 2023 di Uzbekistan, 1-18 Maret 2023. Selandia Baru, Guatemala dan Fiji dipilih, selain karena kualitasnya, Â mereka sudah lolos menjadi kontestan Piala Dunia U-20 2023 yang dilangsungkan di Indonesia pada 20 Mei hingga 11 Juni 2023.
Kendala, menang dan kalah
Sejatinya, sebelum IFM digelar, pasukan Garuda U-20 mengalami polemik dalam persiapannya. Hingga Shn Tae-yong (STy) pun sampai harus menghadapi kendala tidak lengkapnya pemain yang dipilih hadir dalam TC.
Kendalanya, ada beberapa pelatih Klub Liga 1 yang tidak NASIONALIS. Hanya mementingkan diri dan Klubnya. Tidak mau melepas pemain untuk Timnas. Sementara PSSI yang saat itu di masa transisi kepengurusan, pun malah membiarkan ada Klub yang seenak jidatnya sendiri menahan pemain. Hingga, ada yang ujungnya menerima karma. Klub yang diasuhnya pun kalah di Liga 1.