Menghapus Tes Kompetensi Akademik (TKA) masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) adalah inovatif dan bijak. Sekaligus ibarat sekali dayung, dua tiga masalah pendidikan Indonesia sengaja dibuka boroknya tanpa solusi. Pun menanam dan menabur masalah baru.
(Supartono JW.16092022)
Rencana dihapusnya Tes Kemampuan Akademik (TKA) masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di tahun 2023/2024, semakin dapat membuka tabir, betapa kusutnya dunia pendidikan di Indonesia yang terus sulit diurai dan dijinakkan masalahnya.
Lahirnya kebijakan baru di setiap kepemimpinan menteri baru, yang tujuannya memecahkan masalah pendidikan yang ada, justru semakin membuka borok betapa runyamnya masalah pendidikan yang ada dan terus membuka tabir di mana saja masalah pendidikan terjadi dan terus terpuruk.
Alasan hapus TKA, membuka borok
Dalam berbagai pemberitaan menyebutkan, Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim mengungkapkan bahwa satu di antara alasan mengubah teknis masuk perguruan tinggi negeri adalah agar seleksi masuk PTN lebih inklusif dan transparan.Â
Nadiem menilai, banyaknya materi akademik yang diujikan membuat siswa terbebani dan harus mengikuti bimbingan belajar. Orang tua merogoh kocek dalam agar anaknya bisa meraih program studi di kampus ternama.
Akibatnya, siswa yang tidak mampu secara ekonomi tak bisa mengikuti les atau bimbingan belajar. Hal itu, menimbulkan kesenjangan dan diskriminasi terhadap siswa.
Dari alasan tersebut, nampaknya ada hal yang Nadiem lupa pikirkan dengan dunia pendidikan Indonesia selama ini. Di antaranya:
1. Selama ini, tes akademik siswa baik dalam program latihan/ulangan/tes semester/tes kenaikan kelas/tes masuk ke jenjang sekolah selanjutnya/kuliah, adalah alasan yang membuat siswa Indonesia SEMANGAT untuk datang ke sekolah, belajar, dan dididik.
2. Tes akademik juga berfungsi untuk masuk sekolah lanjutan, semisal dari PAUD ke TK, dari TK ke SD, SD ke SMP, dan SMP ke SMA, tetapi selama ini materi tes akademiknya masih nyambung dari jenjang PAUD sampai SMA. Membuat siswa Indonesia SEMANGAT untuk datang ke sekolah, belajar, dan dididik.