Enaknya jadi influencer dan buzzer di zaman pemerintahan Jokowi. Padahal, masyarakat umum menganggap pekerjaan sebagai influencer dan buzzer itu hanya menjadi "tukang kompor" yang tentu saja berkonotasi negatif.
Masa sih? Benerkah demikian? Memang apa sih Influencer dan buzzer itu? Sebab, ternyata, banyak masyarakat yang masih belum paham.
Dari berbagai literasi, influencer adalah seseorang yang bisa memberikan pengaruh di masyarakat. Mereka bisa merupakan selebritis, blogger, youtuber, ataupun seorang public figure yang dianggap penting di komunitas tertentu dan umumnya, memiliki jutaan pengikut (follower) di media sosial.
Sementara buzzer adalah pendengung. Sejak pemerintahan Jokowi semakin naik daun, setali tiga uang dengan influencer, yaitu sebagai channel komunikasi pemasaran, baik untuk komunikasi pemasaran sebuah produk, jasa, dan terkhusus komunikasi "pemasaran" di bidang politik.
Atas keberadaan influencer dan buzzer yang kini justru dimanfaatkan oleh pemerintahan Jokowi, masyarakat pun menjadi berpikir, mengapa pemimpin kita sampai harus "menyewa" mereka dengan menghabiskan dana miliaran demi menjadi "kompor?"
Karenanya, sejak Presiden Jokowi berhasil memenangi Pilpres, hingga kini duduk di periode pemerintahan kedua, negeri ini terus kisruh. Hampir dapat dipastikan, satu di antara pemicu kisruh itu adalah karena pekerjaan buzzer.
Sebagai contoh, hampir di seluruh berita di media massa yang mengangkat berita, opini, komentar, dll dari lawan politik Jokowi, pasti dikolom komentar akan segera dipenuhi rangkaian komentar yang bukan secara kebetulan bernafas sama, mengkritik balik, menanggapi, hingga menghujat, pun dengan diksi yang kasar dan sangat kasar.Â
Demikian juga di layar kaca, dalam setiap diskusi atau acara yang menghadirkan nara sumber, peristiwa serupa juga akan mudah kita temui.
Sampai masyarakat pun bingung, apakah buzzer juga disewa oleh lawan politik Jokowi? Atau lawan politik Jokowi justru malah menyewa dua kategori buzzer sekaligus, yaitu buzzer yang ngompori negatif dan positif, sehingga saat dilihat masyarakat seolah sedang terjadi perseteruan antara dua kubu.
Atau buzzer itu hanya ada dari pihak Jokowi, namun juga ada pembagian peran yang berbeda. Sebagian besar tukang kompor dan sebagian yang lainnya difungsikan sebagai peredam. Ini pun dilihat oleh masyarakat jadi tetap terlihat ada dua kubu.
Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah influencer dan buzzer juga disewa oleh lawan politik Jokowi? Lalu, bila benar disewa, kira-kira siapa yang mendanai?Â