Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Setop Jadi Klaster Corona: PJJ di Perbaiki, Kurikulum Darurat Standar Minimal, Itu yang Wajib Terjadi di NKRI!

18 Agustus 2020   07:55 Diperbarui: 18 Agustus 2020   07:54 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila kini sejumlah pihak melakukan penolakan atas keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, bagi saya lucu.

Lucu sekali, sebab seharusnya baik Nadiem maupun sejumlah pihak sudah tidak perlu ada penolakan karena memang sudah cerdas dan memahami kondisi dan situasi. Ini dunia pendidikan, lho?  

Masa harus mengulang-ulang hal yang seharusnya tidak terjadi dan mengulang peristiwa seperti di negara lain yang sudah memberikan contoh nyata! Sungguh miris dan menyedihkan, dunia pendidikan saja jadi seperti lahan main-main, bagaimana di sektor lain?

Sudah diberikan gambaran. Sudah ada contohnya. Sudah ada pengingatannya. Kurang apalagi? Tetapi, nyatanya dunia pendidikan di Indonesia tetap bandel dan memaksakan diri.

Di tengah pandemi Covid-19 yang terus menggelora, ternyata tetap ada daerah dan sekolah yang "ngeyel" menyelenggarakan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan tatap muka, hanya berbekal pedoman daerahnya sudah zona hijau, pun dizinkan oleh pemerintah, Kemendikbud dan Gugus Tugas Covid-19 Indonesia. Lalu, juga ada yang menurut kepada orang tua yang menginginkan sekolah dibuka tatap muka.

Tidak belajar, sudah ada contoh!

Apa kejadian di Finlandia, Prancis, Inggris, Korea Selatan, dikira khayalan, ilusi? Itu nyata. Tetapi orang-orang yang mengaku cerdas di Indonesia, tetap saja mengabaikan ganasnya virus corona.

Setelah beberapa waktu lalu dalam tayangan Sapa Indonesia Pagi Kompas TV terungkap sudah ada klaster baru penyebaran corona dari hasil pembelajaran tatap muka, yang saat itu diungkap oleh nara sumber dari Komisi X DPR RI dan KPAI, mengapa masih ada daerah dan sekolah yang "maksain" membuka sekolah tatap muka?

Kini, atas "ngeyel-nya", beberapa daerah dan sekolah, pun menuai masalah yang sudah terbaca. Bermuculan klaster penyebaran virus corona dari hasil belajar tatap muka, bahkan juga terjadi di kampus. Siapa yang "bodoh?"

Haruskah siswa, mahasisa, guru, dosen dll, terus akan dikorbankan tertular virus Corona, karena sekolah/kampus berada di wilayah zona hijau dan kuning dengan taruhan nyawa? Kok seperti tidak "mikir."

Dalam program Rosi, 13 Agustus 2020 di Kompas TV, juga kembali terungkap, di Kalimantan Barat, pemda setempat melaporkan 14 siswa dan 8 guru, positif tertular Corona.Bahkan penularan ini terjadi di enam SMA, di Pontianak, Ketapang dan Ngabang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun