Bahkan, rekan-rekan di tempat kerjanya, yang sama-sama menjadi pemandu wisata, juga tidak ada yang menikah untuk memiliki anak. Rencana tidak memiliki anak, malah sudah dibicarakan kepada pihak keluarga masing-masing, sebelum mereka menikah. Mengapa? Jawabnya, simpel. Punya anak di Paris, biaya mahal. Kisah ini, mungkin dalam kesempatan lain bisa saya ulas.
Sambil terus membereikan informasi sepanjang perjalanan, Mrs. A. menjelaskan soal Menara Eiffel yang sudah nampak dari jauh. Menara yang dirancang oleh Gustave Eiffel pada tahun 1889, memiliki 3 lantai (tower) dengan 1.710 anak tangga. Namun, saat nanti kami menuju tower 2 akan menggunakan lift.
Menariknya lagi, Mrs. A. juga mengingatkan bahwa saat nanti kita memasuki wialayah Menara Eiffel dan masuk ke dalamnya, terlebih saat berdesakan di dalam lift, kita harus hati-hati. Sebabnya, sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa di Menara Eiffel ini, banyak sekali pencopet. Bahkan, pencopet modern di situ ada yang bekerja secara individu, kelompok, bahkan menyerupai keluaraga, ayah-ibu-anak.
Begitu kami sudah berada di bawah menara, kami pun antri untuk masuk lift. Meski kami tidak singgah di lantai/tower 1, Mrs. A. menjelaskan bahwa di tower 1 ada kaca transparan. Sehingga bila kita berada di situ, akan ada sensasi mendebarkan dengan berdiri dan berjalan di lantai kaca menara Eiffel, dengan ketinggian 57. Di situ juga ada restoran Le Tour 58 Eiffel, sehingga bila singgah dan menyantap makanan di situ dapat  sembari menikmati pemandangan kota Paris dari atas bangunan yang didirikan pada tahun 1889 dengan tinggi 325 meter.
Eiffel memiliki sejarah perkembangan yang sangat panjang hingga kini menjadi ikon Paris dan ikon tempat romantis dunia. Menara Eiffel adalah buah karya dari Gustav Eiffel, dan sejarah menara ini pun sudah sangat mudah didapatkan oleh siapa pun wisatawan yang ingin menjejakkan kaki di sini.
Saat kami sudah tiba di tower 2, masing-masing dari kami pun ada yang langsung memanfaatkan untuk mengambil video atau foto, ada juga yang langsung membeli makanan dan minuman, serta souvenir di toko-toko di lantai 2 menara ini. Yang pasti, melihat dan menjejakkan kaki kita di menara ini secara langsung, yang ada dalam pikiran saya adalah, betapa cerdasnya Gustav Eiffel dengan buah karya yang tak ternilai harganya ini.
Puas menjelajah di tower 2 menara Eiffel, kami pun langsung turun kembali melalui lift, sebab makan siang sudah menunggu kami. Tak lama kami pun sampai di makan siang di resto Chinois Thailandais. Setelah sekian lama kami makan makanan Eropa, siang ini kami akan makan siang dengan menu yang akrab di lidah, yaitu makanan Asia.
img00941-20110728-1307-5f1fede4097f3655bb2bbf62.jpg
Makan dan istirahat pun terlewati. Kami langsung bergeser menuju Museum Louvre. Tak lupa, saat melintas di pinggir sungai Siene, kami pun melintas di jembatan cinta, jembatan yang dijejali gembok cinta.
Sumber: Supartono JW (Jembatan cinta, banyak gembok di pagar jembatan)
img00919-20110728-0930-5f1fee65097f366c9134dab2.jpg
Museum Louvre (Musee du Louvre) terletak di Rive Droite Seine atau tepi Sungai Seine. Musee du Louvre berada di dalam area Istana Louvre (Palais du Louvre). Bila simbol Eiffel adalah menara, maka simbol Louvre adalah piramida kaca. Museum Louvre memiliki tiga pintu masuk.Â
Pintu utama melalui pintu di piramida kaca yang berada di tengah plaza, lalu melalui pusat perbelanjaan bawah tanah Carrousel de Louvre, dan yang terakhir melalui Porte des Lions. Jika melalui pintu utama akan tersedia elevator yang terutama ditujukan bagi lansia, ibu dengan anak, maupun orang dengan cacat fisik. Elevator itu untuk turun menuju museum.
img00955-20110728-1414-5f1fee8c097f3605544c06b2.jpg
Sebagai salah satu Museum terbesar di dunia, Museum ini memiliki 5 lantai dan memiliki 3 sayap, yaitu Denon, Richelieu, dan Sully. Di dalam Musee Du Louvre ada sekitar 35 ribu benda seni dari mulai zaman prasejarah hingga abad ke-19. Diletakkan di bangunan yang dulunya adalah benteng kota di abad ke-12.Â
Lihat Trip Selengkapnya