Bagi yang merespon dengan menolak sampai demonstrasi segala, maka alasan mereka dapat dibenarkan, mengingat sejarah lahirnya bangunan megah tersebut.
Setali tiga uang, bagi yang merespon setuju dan mendukung, maka juga harus dihargai, sebab, Hagia Sophia secara fakta adalah bangunan yang ada di Turki, dan yang memutuskan menjadikan Hagia Sophia kembali menjadi Masjid adalah Presidennya, pemimpin tertinggi di negara itu.
Sehingga, meski berdirinya Hagia Sophia memiliki sejarah panjang, tetap saja, kini kekuasaan penuh atas bangunan bernama Hagia Sophia ada di tangan pemimpin tertinggi negara itu.
Kendati, kini Hagia Sophia telah resmi menjadi Masjid sejak diputuskan oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan pada 10 Juli 2020, dan pada 24 Juli 2020, telah dilaksanakan Salat Jumat perdana yang juga dihadiri oleh ribuan masyarakat muslim di Istanbul Turki, namun tetap menjadi polemik, maka memang menjadi hal yang wajar, meski keputusan memang sudah tidak dapat diganggu gugat.
Bersyukurnya, saya sendiri, pada tanggal 14 Juli 2011, sembilan tahun yang lalu, pernah bercengkerama di Hagia Sophia ini.
Saat pertama kali memasuki gerbang Hagia Sophia yang tertulis Aya Sofia, pemandu wisata menjelaskan bahwa bangunan bersejarah yang telah berdiri sekitar 1.500 tahun yang lalu, waktu tahun 2011, masih 1.489 tahun, didirkan tepatnya pada tahun 537 Masehi, memang difungsikan sebagai katedral, gereja katolik.
Saat, penaklukkan Ottoman pada tahun 1453, Hagia Sophia pun berubah fungsinya menjadi Masjid. Tetapi, pada tahun 1934, Hagia Sophia diubah lagi menjadi museum. Hal ini berdasarkan keputusan dari Badan PBB UNESCO di bawah pendiri Republik Turki, Ataturk.
Memang, bagi yang belum pernah melihat langsung bangunan megah ini, yang arsitekturnya, ornamennya, lukisan-lukisannya, semua benar-benar tak ternilai harganya, maka tidak dapat merasakan betapa pentingnya bangunan itu bagi sejarah dan latar belakang pendiriannya.
Karenanya, bila Paus Fransiskus sampai bersedih dan gereja-gereja di Yunani membunyikan lonceng saat di Hagia Sophia dilaksanakan ibadah Salat Jumat, maka dapat dipahami, sebab betapa pentingnya arti Hagia Sophia bagi mereka.
Barangkali, karena persoalan yang kini menjadi dasar polemik ini, maka pada 1934, PPB UNESCO menengahi dengan menjadikan Hagia Sophia sebagai museum.