Perhatikan foto artikel, contoh Mas Menteri Nadiem saat belajar di SD. Inilah hakikat belajar. Ada interaksi dan praktik pengalaman langsung yang menyentuh hati dan akal dalam praktik kehidupan nyata. Butuh interaksi sosial.
Bila kini ramai menjadi perbincangan bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim sebagai satu di antara menteri yang akan di reshuffle, mungkin ada benarnya, sebab ada yang menilai rapor bos Go-Jek ini merah.
Terlebih, kini ada satu pernyataannya yang membikin masyarakat jadi bertanya-tanya atas kinerja Nadiem yang mengatakan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) bisa diterapkan secara permanen usai pandemi Covid-19.
Padahal hingga saat ini, kendati tahun ajaran baru 2020/2021 tinggal menghitung hari, Kemendikbud belum rampung menyiapkan kurikulum PJJ dan modul pembelajaran.
Sementara sejak pandemi corona yang akibatkan sisa pembelajaran semester genap via daring/online/virtual (DOV) saja banyak ketimpangan, penuh keluhan, dan dinilai gagal yang sudah sangat terbuka dan terbaca tingkat publikasinya di tengah Masyarakat.
Malah masyarakat banyak menyebut, jangankan pembelajaran melalui DOV, pembelajaran reguler dengan tatap muka yang selama puluhan tahun sejak Indonesia merdeka saja masih carut-marut.
Hakikat belajar
Apa yang menjadikan persoalan pendidikan dan tujuan pendidikan di Indonesia hingga saat ini belum terwujud sesuai cita-cita, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas, berkarakter, dan berbudi pekerti luhur sehingga terbentuk manusia-manusia kreatif dan inovatif?
Cita-cita Nadiem yang akan menerapkan PJJ menjadi permanen memang sudah benar dengan melihat perkembangan zaman dan usia negara Indonesia yang seharusnya sudah mampu di tahap itu.
Namun, dengan fakta dan data tentang pendidikan Indonesia hingga sampai pada pembelajaran DOV di saat pandemi corona, apa yang terjadi? Banyak sekali "pihak" yang belum siap menerapkan pembelajaran DOV atau PJJ di NKRI.
Mungkin, barangkali, banyak pihak juga yang belum memahami hakikat belajar yang sebenarnya atau memahami namun tak juga bertindak sesuai hakikat belajar dalam proses pembelajaran dan pendidikannya.