Masalah PSSI dengan Shin Tae-yong (STY) yang hingga detik ini masih bergulir, karena STY telah membongkar fakta-fakta yang menyudutkan PSSI, masih bawa-bawa nama Ratu Tisha, Indra Sjafri, hingga muncul berita bahwa STY hanyalah pekerja yang harus patuh, mungkin STY akan dipecat dan disiapkan Indra Sjafri sebagai pengganti, memang terus digoreng oleh media massa nasional.
Masalah STY jadi "momentum"
Kondisi ini memang menjadi hal negatif bagi persepak bolaan tanah air di tengah persiapan timnas menuju berbagai event, dan di tengah krisis internal dalam tubuh PSSI.
Tentu publik sepak bola nasional, dan gerbong-gerbong yang berseberangan dengan ketua umum PSSI menjadi senang dan berharap sang ketua terpuruk.
Sementara publik sepak bola nasional yang rindu akan prestasi sepak bola nasional, tentu situasi ini menjadi hal yang akan kembali menimbulkan rasa traumatis hingga rasa skeptis dan antipati publik atas keberadaan PSSI yang tidak pernah "duduk" di tempatnya, sesuai fungsi dan kedudukan federasi sepak bola di setiap negara.
Karenanya, publik harus memahami, terlebih media massa, yang sekarang lebih terlihat malah sebagai sarana "adu domba". Sungguh sikap-sikap dan pemberitaan media menyoal STY malah seperti ada yang menyutradarai, dan dijadikan momentum. Atau jangan-jangan memang benar ada "pemodal" yang mengerahkan media untuk membuat suasana menjadi begini karena tidak ingin melihat PSSI bangkit atau jengah PSSI di tangan ketua sekarang, yang bisa jadi juga sudah terbaca bahwa sang ketua juga jangan-jangan duduk di PSSI sebagai batu loncatan meniru Edy Rahmayadi.
Untuk itu, kita harus cerdas memilah-milah masalah, sebab bisa jadi semua yang "muncul" sekarang adalah lebih dari  sekadar STY yang kemudian dibumbui dan sengaja diangkat ke panggung dari sebuah skenario besar yang tidak dipahami publik.
Semisal bila saya analisis, mengapa sikap STY menjadi menyerang PSSI melalui media Korea Selatan. Pasti, memang sebelumnya ada masalah yang terpendam dan belum terselesaikan. Bila, PSSI benar ada membentuk tim satgas, maka hal ini yang harusnya diklarifikasi dan dituntaskan.
Lalu, target timnas U-20 yang harus masuk fase empat besar misalnya. Dan, persoalan sensitif yang tidak selesai sebelumnya, karena Indra yang awalnya asisten, dan dianggap STY indisipliner, malah naik jabatan menjadi Dirtek PSSI. Itu juga hal yang wajib diluruskan.
Bisa jadi juga, ada skenario dari pihak dan gerbong mantan Sekjen yang tentunya juga masih belum "paripurna" atas persoalan yang membuatnya mundur.
Jadi, mustahil bila hanya karena pemicu pindah tempat latihan dan corona STY jadi "bernyanyi-nya" di media Korea Selatan.