Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendikbud Kaget=Menepuk Air di Dulang Terpercik Muka Sendiri

4 Mei 2020   12:57 Diperbarui: 4 Mei 2020   13:12 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan kaget luar biasa atas kondisi masyarakat Indonesia, masih ada yang tidak ada sinyal TV dan tidak punya listrik, apakah ini hal yang wajar? 

Pernyataan kekagetan Nadiem  dalam telekonferensi yang disiarkan di YouTube Kemendikbud RI, Sabtu (2/5/2020) ini pun bisa ditafsirkan kepada beberapa hal. Semisal, secara pribadi, Nadiem ternyata belum menguasai data tentang kondisi rakyat Indonesia secara menyeluruh. 

Padahal sejak di lantik pada Rabu (23/10/2019), di Istana Negara, Jakarta, oleh Presiden Jokowi menjadi Mendikbud Kabinet Indonesia Maju, hingga Nadeim kaget, terhitung kurang lebih sudah 8 bulan masa kerja.  

Bila demikian, maaf, ke mana saja Mas Nadiem ini selama 8 bulan ini? Kekagetan Nadiem juga dapat di tafsirkan, ke mana dan apa saja yang telah dikerjakan pemerintahan Jokowi untuk kesejahteraan rakyat menjelang dua periode pemerintahan? 

Atau juga dapat ditafsirkan ke mana dan apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintahan sebelum Jokowi? Sungguh kekagetan Nadiem menjadi ironi di tengah bangsa yang menjelang 75 tahun merdeka. 

Saat Nadiem kaget, rakyat malah tidak pernah kaget kalau bantuan sosial dll dalam masa pandemi corona juga banyak yang salah sasaran. Rakyat miskin terus menderita, karena tidak terdata, sementara rakyat tak miskin malah dapat sembako dan bantuan uang. 

Atas kondisi ini, selalu alasannya adalah masih belum sempurnanya pendataan penduduk. Persoalan masyarakat miskin dan tak berpendidikan, serta tak memiliki sarana untuk menunjang pendidikan, terus menjadi hal yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah, meski bangsa ini menjelang 75 tahun merdeka. 

Tidak lucu rasanya, bila Nadiem mengungkapkan kekagetannya. Apa yang diungkap Nadeim, bahkan dalam telekonferensi resmi, sungguh membuka borok sendiri, aib sendiri. 

Ibarat peribahasa, "Menepuk air didulang, terpercik muka sendiri". Seolah Nadeim malah sedang menelanjangi pemerintah karena rakyatnya masih ada yang seperti ini. 

Namun demikian, kita jadi bersyukur, hikmah dari pandemi corona, membuat Mendikbud jadi tahu kondisi rakyat yang sebenarnya. Bila tidak ada pandemi corona, mungkinkah Nadiem akan tahu masalah rakyat ini? 

Rakyat kita masih banyak menderita. Berbagai macam kesulitan orang-orang untuk sekolah-sekolah dan guru-guru untuk belajar melalui jarak jauh di masa corona tidak dapat berjalan sesuai harapan itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun