Dalam situasi pandemi corona, publik sepak bola nasional sangat berharap agar media tidak memperkeruh suasana atas kondisi PSSI dan internalnya.Â
Sebelum corona datang, PSSI sudah memiliki banyak masalah. Begitu corona datang, mundurnya Ratu Tisha dari kursi Sekjen, juga terus digunjingkan, hingga banyak pemberitaan yang "dipelintir" seolah demi untuk memutar balikkan fakta maupun sekadar demi saling membenturkan.Â
Begitu PSSI akhirnya memastikan tidak akan ada lagi sistem pembukaan lowongan calon Sekjen baru dan menggaransi tidak akan ada settingan dalam penunjukkan Sekjen baru, ternyata tetap saja ada pelamar calon Sekjen mencoba peruntungan, bahkan jumlahnya lebih dari 46 pelamar dari seluruh Indonesia.Â
Saat pemilihan calon Sekjen baru plus deputi dan Direktur keuangan baru mulai mengerucut, namun calon yang memiliki point tinggi sesuai kapasitas dan keporfesionalannya ragu bergabung dengan PSSI, maka menjadi celah bagi beberapa pihak di internal PSSI untuk "menggoyang" kedudukan para calon yang sudah mengerucut, dengan mengusulkan serta memasukkan nama-nama kandidat baru.Â
Publik pun terus menunggu perkembangan dan progres penentuan calon Sekjen baru. Namun, apa yang diharapkan publik yang menunggu siapa yang pada akhirnya akan terpilih sebagai Sekjen baru, ternyata media mengapungkan berita tentang PSSI 2, yang melakukan nepotisme dengan mendudukkan anak kandungnya di General Manajer PT LIB.Â
Akibatnya bergulirlah berita tentang PSSI 2 yang dikabarkan menjadi "tak mesra" akibat kasus tersebut, terlebih juga dengan mengungkit tindakan PSSI 1 yang juga melakukan nepotisme dengan membawa iparnya masuk dalam jajaran pengurus PSSI.Â
Hari ini, Selasa (28/4/2020) apa yang saya baca di beberapa media nasional? Akibat Vietnam akan kembali menggulirkan kompetisi karena sudah tak lagi ditemukan korban positif corona, bahkan dari 270 kasus positif corona, sebanyak 225 orang dinyatakan sembuh, membuat VFF sangat yakin akan kembali menggelar kompetisi dalam waktu dekat.Â
Lucunya, seperti tidak pakai logika, ada pengurus Asprov PSSI yang latah dan meminta PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk segera membahas kelanjutan kompetisi sepak bola Indonesia.Â
Apa Indonesia ini Vietnam? Bagaimana kondisi corona di Indonesia saat ini? Di luar dari persoalan-persoalan tersebut, selama ini, sebagian besar publik sepak bola nasional sangat mahfum (mengerti dan tahu) bahwa sepanjang sejarah federasi tertinggi sepak bola nasional ini berdiri, karena belenggu "statuta" maka kepengurusan di dalam PSSI selalu bermasalah, terutama dalam konteks mengantar timnas Indonesia meraih prestasi. Apa pasalnya?Â
Menyangkut kualifikasinya keorganisasian pengurusnya, yang saya ibaratkan tak pernah memiliki SIM keorganisian adalah sumber masalah utamanya. Buntutnya, PSSI tak nampak memiliki Grand Design Program yang baku untuk arah menuju prestasi timnas senior, mulai dari pembinaan sepak bola akar rumput.Â
Pembinaan sepak bola di akar rumput pun berantakan, tidak tertata sesuai program yang baku. Â Selain itu, terpublikasi pula, bila masih ada wasit yang belum dibayar musim lalu. Ini siapa biang keladinya?Â