Melakukan tindakan, keputusan, perbuatan, kebijakan yang terukur adalah tanda manusia yang pandai mengukur diri. (Supartono JW.26042020)Â
Ramadhan Tak Biasa (RTB), itulah tajuk yang saya angkat untuk mengisi kolom Tebar Hikmah Ramadan (THR) Kompasiana.Â
Ramadhan dan ramadanÂ
Maaf, dalam artikel RTB (0) dengan judul RTB: Refleksi dan Instrospeksi, Â artikel (1) menyoal RTB "Tetap Semangat" dan Artikel (2) RTB "Bersikap Menerima Keadaan", saya masih menulis kata ramadhan memakai h setalah huruf d sesuai dengan bahasa Arab.
Sementara dalam KBBI, kata yang baku adalah ramadan, karena dalam bahasa Indonesia tidak mengenal gabungan konsonan "dh", meski artinya tetap sama, yaitu bulan ke -9 tahun Hijriah (29 atau 30 hari). Pada bulan ini, umat Islam diwajibkan berpuasa.
Sesuai bahasa Arab, ramadan (/rmdn/) Raman, IPA: [ramadan]; juga diromanisasikan sebagai ramazan, ramadhan, atau ramathan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam, dan dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia dengan puasa (saum).Â
Jadi bila saya menulis tetap dengan bahasa Arab, ramadhan, bukan ramadan sesuai KBBI, tetap tidak bermaksud mengubah makna. Intinya ramadhan=ramadan.Â
Untuk itu, mulai artikel keempat untuk kolom THR, sebagai orang Indonesia, saya gunakan kata ramadan sesuai KBBI dalam RTB.Â
Tiba saat, tiba akal dan gaya hidupÂ
Dalam artikel THR keempat ini, saya akan membahas menyoal "mengukur diri". Sehingga judul artikelnya: (3) "Ramadan Tak Biasa: Ayo Mengukur Diri!" Mengapa?Â
Beribadah dalam situasi pandemi corona, adalah waktu yang tepat bagi masyarakat untuk dapat mengukur dirinya.Â