Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

WHO: Corona Masih Panjang, Indonesia Tolong Perhatikan!

24 April 2020   19:29 Diperbarui: 24 April 2020   19:26 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyaknya negara yang tidak menerapkan pembatasan (lockdown) dalam mencegah, mengantispasi, dan menangani covid 19 (MMMC19) serta adanya negara yang mulai membuka kebijakan lockdown, membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan kepada seluruh negara dan masyarakatknya bahwa pandemi corona belum akan berakhir dalam waktu dekat, ditambah pula oleh banyaknya negara yang baru sampai pada tahap awal 'pertarungan' melawan wabah. 

WHO pun memperingatkan dampak dari pengangkatan/pelonggaran aturan pembatasan (lockdown) yang sudah dilakukan beberapa negara dengan jumlah kasus corona terbanyak, seperti negara-negara Eropa, sebab lockdown yang dianggap berdampak menghancurkan ekonomi, namun  lockdown pun terbukti cukup ampuh mampu membatasi penyebaran wabah corona. 

"Jangan salah: kita masih harus menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama," kata pimpinan WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada konferensi pers virtual, Rabu (22/4/2020). "Sebagian besar negara masih dalam tahap awal epidemi mereka. Dan beberapa yang terkena dampak awal pandemi sekarang mulai melihat kenaikan dalam jumlah kasus." 

Apa yang diungkapkan oleh Tedros cukup beralasan, sebab kasus corona global terus meningkat. Dari data yang ada, Amerika Serikat (AS) menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak di dunia, yaitu 848.717 kasus dengan 47.659 orang meninggal dan 84.048 orang sembuh, menurut Worldometers. 

Namun demikian, pemerintahan Presiden AS Donald Trump pun telah mulai mempertimbangkan untuk melonggarkan pembatasan di beberapa wilayah mulai awal Mei mendatang demi mencegah kehancuran ekonomi akibat meningkatnya pengangguran. 

Atas sikap tersebut, beberapa pakar kesehatan di negara ekonomi terbesar dunia itu telah mengeluarkan peringatan bahwa AS mungkin akan menghadapi gelombang kedua wabah corona pada musim dingin nanti. 

Gelombang kedua ini diprediksi bakal lebih parah daripada saat ini. Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS juga memperingatkan warga Amerika untuk bersiap menghadapi putaran kedua wabah yang lebih ganas. 

"Ada kemungkinan bahwa serangan virus pada bangsa kita pada musim dingin mendatang sebenarnya akan lebih berat daripada yang baru saja kita lalui," kata Robert Redfield kepada The Washington Post. 

Spanyol tetap lockdown, 15 negara belum terjangkit

Bila Amerika akan mengikuti negara Eropa, dengan rencana membuka pembatasan, Spanyol yang memiliki kasus corona terbanyak kedua di dunia, yaitu 208.389 kasus dengan 21.717 kematian dan 85.915 sembuh, mengatakan tidak berencana untuk mengangkat lockdown ketat yang telah diterapkan beberapa bulan terakhir, sampai pertengahan Mei. 

"Kita harus sangat berhati-hati dalam fase ini," kata Perdana Menteri Pedro Sanchez. Selain Amerika dan Spanyol, Italia juga berada di urutan ketiga kasus terbanyak. Yang pasti, penyakit Covid-19 masih menjadi permasalahan yang pelik di berbagai negara, termasuk Indonesia dengan jutaan orang telah menjadi korban. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun