Selama ini, manajemen yang digunakan adalah manajemen kekeluargaan, manajemen kelompok, dan manajemen politik.Â
Bagaimana dengan kondisi selama 90 tahun organisasi PSSI? Siapa pengurus yang ada di dalamnya? Itulah kunci akar masalah mengapa sepak bola nasional di tangan PSSI terus begini, sebab tidak semua pengurusnya  mengantongi ijazah khusus ilmu manajemen dan organisasi sepak bola secara ilmiah dan profesional, hingga proses dan bergulirnya roda organisasi selalu pincang, sulit berpacu menggapai tujuan, dan banyak tercecer di tengah jalan.Â
Sungguh memilukan, di usia 90 tahun, PSSI masih begini. Mungkin, Kemenpora atau stakeholder terkait segera membentuk lembaga untuk mengader calon-calon pengurus PSSI, buka lowongan secara profesional dan transparan, seleksi para calon dari berbagai bidang, didik, dibina, ditempa, hingga yang lulus perolah Ijazah Pelatihan Kader Pengurus Organisasi Sepak Bola Nasional (PKPSBN).Â
Siapa yang memiliki ijazah PKPSBN, dialah yang layak dipilih menjadi pengurus organisasi sepak bola nasional baik di PSSI, Asprov, Askab, maupun Askot, dan pengurus klub dan SSB.Â
Khusus yang sekarang terlanjur duduk sebagai pengurus PSSI, ikutkan program pelatihan kepemimpinan organisasi. Meski banyak yang sudah profesional di bidangnya, namun organisasi PSSI dalam menjalankan programnya harus satu visi-misi dan tujuan organisasi, bukan kepentingan pribadi, pesanan pihak lain, gerbong lain, atau politik dan kepentingan cukong.Â
Sudah 90 tahun, lahirnya wadah PKPSBN, masih belum terlambat, sebab individu pengurus tak profesioal masih dibiarkan terlibat dalam organisasi sepak bola nasional memang wajib di setop, dicekal.Â