Kini apa yang terjadi? Masing-masing daerah, kampung-kampung akhirnya mengambil keputusan lockdown sendiri-sendiri, karena hanya dengan cara itu, penyebaran virus dapat dicegah.Â
Masyarakat Indonesia tak mempan hanya diimbau, tapi butuh tetap makan. Masyarakat Indonesia tak mempan diimbau agar jangan mudik, namun di saat masa sulit penuh ketidakpastian ini, pilihan berkumpul dengan keluarga ternyata lebih penting dan tidak menyadari bila sikapnya justru malah menambah dampak besar terhadap penyebaran virus corona.Â
Yang lebih memprihatinkan, terkait ketimpangan pendidikan dan lemahnya kecerdasan intelegensi, personaliti, dan emosi, kini masyarakat Indonesia semakin mencolok perbedaannya dengan masyarakat di negara lain.Â
Sudah berkali-kali saya ungkap bahwa masyarakat Indonesia sebelum virus corona datang saja sudah sangat latah turut berbagi dan menyebarkan informasi khususnya melalui media whatsapp. Baik informasi dalam bentuk artikel/berita/tulisan pribadi/foto/gambar/video/dll.Â
Parahnya, karena kondisi ketimpangan berbagai itu, setiap hal yang dibagi atau disebarkan, tak terlebih dahulu dipahami, di ricek, dibaca, dilihat dari awal sampai akhir.Â
Lalu, banyak masyarakat yang tak mampu mempertimbangkan apakah informasi itu layak di sebarkan atau tidak. Pikirannya sangat pendek. Latah. Sok tahu dll. Sangat menggemaskan dan memprihatinkan.Â
Kini, sikap masyarakat di dalam dunia whatsapp, dalam situasi corona semakin tak terkendali. Sampai-sampai, ada rakyat Indonesia yang belajar (kuliah) di Wuhan, menulis keprihatinannya terhadap sikap tak cerdas masyarakat Indonesia terutama menyoal perilaku dalam dunia whatsapp yang juga viral.
Seseorang ini menulis, "Di sini (wuhan) kami sangat cepat untuk bangkit (recovery), karena kami saling menyemangati. Kami tidak memberitakan berita kematian, yang kami beritakan adalah berita kehidupan dan berita kesembuhan.Â
Lalu mempertanyakan kenapa Iren, netizen di Indonesia lebih memilih memberitakan berita ketakutan? Apakah mereka memang ingin membunuh saudaranya sendiri? Mahasiswa ini menumpuk harapan kepada masyarakat Indonesia agar mulai saat ini kita hanya memberitakan berita yang penuh harapan, berita yang menenangkan, berita kehidupan.Â
Kemudian membantu tim medis yang sudah sedemikian lelah, untuk berhenti membuat postingan-postingan yang berkonten menakut-nakuti membuat orang khawatir dan panik.Â
Sebagai akhir tulisannya, mahasiswa ini mengungkapkan bahwa kekhawatiran berlebih akan menurunkan imun tubuh lebih cepat, sebab itu, jangan buat masyarakat khawatir, sehingga malah terus menerus berbondong bondong ke Rumah Sakit dan makin membuat lelah para tim medis.Â