Hadirnya vrus corona dengan berbagai tindakan pencegahannya di berbagai negara di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia, juga wajib dipikirkan dampak dan efek psikologis masyarakat oleh setiap negara.Â
Sebab pandemi virus corona yang tidak dapat diprediksi kapan akan usai, secara signifikan juga dapat memberikan efek psikologis jangka panjang bagi masyarakat.Â
Efek psikologis masyarakat yang bahkan akan terjadi dalam jangka panjang, sudah diungkapkan oleh para ahli dan pakar psikologi dari berbagai negara. Sebagai contoh, pakar dari dari Fakultas Psikologi Universitas Yale, Amerika Serikat (AS).Â
Eli Lebowitz, Direktur Program Gangguan Kecemasan di Yale Child Study Center mengatakan, bahwa pandemi corona adalah sesuatu yang belum dapat dipetakan. Menurut Eli, orang-orang di seluruh dunia mempraktikkan isolasi sosial, tindakan pencegahan terhadap virus, tetapi juga beresiko menjadi faktor untuk munculnya kecemasan dan depresi.Â
Selanjutnya diungkapkan bahwa penguncian yang dilakukan pemerintah, jelasnya, seperti di Italia dan Kuwait telah mengamanatkan pemisahan sosial. Sementara individu di negara lain secara sukarela memilih untuk mengisolasi dari yang lain untuk mencegah kemungkinan infeksi.Â
Dampak psikologis dapat memiliki efek jangka panjang, tetapi sulit untuk memperkirakan durasinya. Ini adalah wilayah yang belum dipetakan, ungkap Eli seperti dilansir Al Arabiya.Â
Atas kondisi ini, khususnya pemerintah Indonesia, juga sudah harus ada stakeholder yang menyiapkan diri demi menghadapi kemungkinan adanya gangguan psikologis masyarakat terutama dari sudut kecemasan dan depresi.Â
Terlebih, di tengah pandemi corona yang semakin mengganas, sebagian masyarakat yang masih jauh dari cerdas intelegensi, personaliti, dan emosi, justru semakin latah "tanpa saringan" menyebarkan berbagai informasi dan perkembangan corona yang jauh dari unsur edukasi di media sosial, khususnya whatsapp di saat semua masyarakat diimbau untuk jaga jarak dan berdiam diri di rumah.Â
Perilaku masyarakat Indonesia yang demikian justru jauh dari membantu masyarakat tenang, namun malah justru semakin menambah beban pikiran.Â
Sudah begitu, media massa dan televisi yang berupaya terus mengupdate berita corona, justru semakin membuat masyarakat semakin resah, sehingga para petugas medis yang menjadi ujung tombak penanganan korban virus corona pun terdampak ditolak masyarakat tinggal di wilayahnya.
Kemudian kini semakin tidak dapat dicegah warga di berbagai daerah Indonesia, mudik dari kota perantauannya, kembali ke kampung halamannya demi berupaya menyelamatkan diri dan berkumpul dengan keluarga, namun malah menambah masalah baru, mudahnya penyebaran virus corona di semua daerah Indonesia.