Saat kita sewajibnya bersatu melawan virus Corona, dan Kementerian Kesehatan  (Kemenkes) RI menjadi ujung tombak dari pintu segala informasi, khususnya terhadap pencegahan dan panduan untuk masyarakat agar satu visi misi dalam hal memandu, mengarahkan, mengedukasi, hingga menjadi teladan masyarakat, kini justru sang Menteri diusulkan untuk dicopot oleh berbagai pihak karena dianggap kurang mampu dalam hal bencana wabah virus Corona ini.Â
Setali tiga uang, khususnya di media sosial (medsos), malah terus tersebar informasi, arahan, atau anjuran, dan lain sebagainya dari para insan yang merasa ahli di bidangnya dengan menyebarkan informasi yang membikin masyarakat jadi mudah turut memviralkan, meski informasinya belum tentu terekomendasi oleh pihak berwenang atau pemerintah.Â
Ada petugas medis yang sampai menulis surat terbuka untuk Presiden. Banyak petugas medis atau praktisi serta yang mengaku ilmuwan, juga tak ketinggalan memberikan informasi dan panduan yang sumbernya juga tak valid, maksudnya membantu masyarakat mencegah virus Corona.Â
Jadi, informasi dan panduan tentang pencegahan virus Corona serta obat-obatan yang memungkinkan dapat membantu meringankan untuk atisipasi pun sangat mudah beredar, dari berbagai sumber yang boleh dikatakan hampir semua tak terekomendasi oleh stakeholder terkait dalam hal ini Kemenkes RI.Â
Sebagai contoh, di medsos malah ada arahan dari seorang dosen biologi sebuah perguruan tinggi ternama, malah meminta masyarakat tidak mengkonsumsi/minum kunyit dan temulawak karena mengandung curcumin.Â
Sebabnya, beberapa penelitian dari jurnal ilmiah telah membuktikan bahwa  curcumin meningkatkan ekspresi enzim ACE2  yang merupakan receptor Covid19, sehingga membuat tubuh lebih mudah menerima Covid19.Â
Hal tersebut juga didukung oleh seorang profesor bahwa dari literatur yang mereka baca, curcumin dapat meningkatkan ekspresi ACE2 receptor. Sehingga sebagai kesimpulan, untuk sementara kunyit dan temulawak justru dihindari khusus untuk tipe virus ini.Â
Sebab, pernyataan tersebut disampaikan oleh ahli, tersebar dan viral di medsos, lalu apakah menjadi berita yang benar atau hoaks, dan juga banyak informasi sejenis yang terus setiap detik muncul dan viral di medsos, maka memang sudah saatnya, Kemenkes RI menertibkan simpang siurnya berbagai informasi dan panduan tentang pencegahan virus Corona dari berbagai sumber yang banyak mengatasnamakan dirinya tenaga medis, dokter, ilmuwan atau praktisi biologi dll.Â
Ironisnya, Bapak Presiden Jokowi malah sudah menginstruksikan agar masyarakat mengonsumi empon-empon termasuk kunyit dan temulawak. Bagaimana dengan informasi para praktisi ahli itu?Â
Sejatinya, semua informasi menyangkut panduan dan tips pencegahan virus Corona dari berbagai pihak dan sumber, tetap hal yang positif, namun "liar dan bebasnya" mereka menjadi pemandu "tak resmi" justru membikin masyarakat resah.Â
Panduan, informasi, dan tips mana yang seharusnya diikuti. Sementara anjuran resmi pemerintah yang dipahami masyarakat adalah berdiam diri di rumah, bekerja di rumah, belajar di rumah, beribadah di rumah, bila berada di lingkungan umum/sosial, menjaga jarak, lalu menjaga kebersihan dan kesehatan.Â