Padahal makna jalan tol adalah jalan yang tanpa ada hambatan.Â
Khusus menyoal berbagai kekurangan di Tol Japek II yang tidak menggaransi kenyamanan dan keselamatan penggunanya, akhirnya ada yang mengungkap bahwa Tol Japek II yang menelan anggaran luat biasa ini, sebagai produk "infrastruktur gagal."Â
Selain hal kenyamanan dan keselamatan, atas produk gagal Tol Japek II, ternyata kehadiran Tol Japek II juga masih belum dapat dijadikan solusi budaya dan tradisi macet di setiap libur-an dan hari raya.Â
Untuk itu, budaya dan tradisi macet ini, bukan salahnya jalan tol, pun bukan salahnya kepolisian, namun karena kesalahan pihak yang terus membiarkan kebebasan perusahaan otomotif menjual kendaraan dan masyarakat yang terus berlomba membeli kendaraan.Â
Buntutnya, jumlah kendaraan tidak akan pernah sebanding dengan daya tampung jalan yang akan dilalui. Terlebih saat semua masyarakat menggunakan jalan secara bersamaan di saat libur dan hari raya.Â
Jadi, kisah dan tradisi macet seharusnya tidak perlu lagi dibahas, karena solusinya pengendara harus "rela antri" karena jalan yang dilalui penuh dengan kendaraan yang sama-sama memiliki tujuan libur dan hari raya.Â
Begitu pun saat melintasi Tol Japek I maupun Tol Japek II yang masih banyak kekurangannya, maka pengguna jalanlah yang wajib "mengukur diri", sehingga tidak terus menyalahkan kondisi ketidaknyamanan dan kemacetan.Â
Stop mengeluh, Tol Japek II memang belum sesuai harapan. Bila mau terhindar dari macet, ada solusi lain, naik kereta misalnya, atau naik pesawat. Atau jangan memaksakan diri ke luar kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H