Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Karena Sosok ini, Sepak Bola Nasional Tetap Bertaji

20 Desember 2019   09:47 Diperbarui: 20 Desember 2019   10:02 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendati sepak bola nasional dengan tolok ukur Timnas Senior dan ranking FIFA terus terpuruk, akibat tak becusnya PSSI dan voter rasa lama yang terus bergelimang mafia, nempel seperti perangko di persepak bolaan nasional, ada hal yang patut dibanggakan oleh publik sepak bola nasional. 

Tokoh-tokoh berikut adalah sosok yang tak dapat dipungkiri telah memberi warna sepak bola nasional hingga tetap di pandang oleh Asia Tenggara, Asia, dan dunia. 

Sekurangnya, saya mencatat, mulai dari Danurwindo, Bima Sakti, Fakhri Husaini, Indra Sjafri, hingga Bambang Pamungkas, adalah contoh benar dalam sepak bola nasional. 

Karena sosok-sosok tersebutlah, sepak bola nasional tetap bertaji dan diakui kehebatannya oleh dunia. Keberadaan Danurwindo sebagai Direktur Teknik PSSI, adalah rumus tetap yang melahirkan Kurikulum Sepak Bola Nasional dan Filosofi Filanesia yang menjadi dasar sepak bola akar rumput (usia dini dan muda) Indonesia. 

Melalui kecerdasan dan pemikirannya, saya sebut, Profesor Sepak Bola Nasional bernama Danurwindo, telah menanamkan akar sepak bola nasional yang kuat di usia akar rumput. 

Prof. Danur, bukan hanya berjibaku dalam program utama pembinaan sepak bola akar rumput PSSI, namun juga mendukung sepenuhnya keberadaan pembinaan dan kompetisi akar rumput dari pihak swasta, macam IJL, IJSL, Liga Kompas, dan Liga TopSkor yang terus andil menyumbangkan talenta muda ke Timnas. 

Melalui program jitunya, Kompetisi Elite Pro Academy (EPA) Liga 1 pun sudah digulirkan sejak 2018, U-16, U-18, dan U-20. 

Keberadaan kompetisi swasta, EPA, dan filosofi sepak bola filanesia, menjadi perpaduan mumpuni hingga lahir Timnas kelompok umur yang handal. 

Cara pembinaan dan kompetisi yang justru didominasi oleh para pembina dan pelatih produk dalam negeri plus kurikulim yang sesuai kultur dan budaya Indonesia, menjadikan Timnas U-15/16, Timnas U18/19, hingga Timnas U-22/23 cukup bertaji. 

Gayung pun bersambut, atas tatanan pembinaan dan kompetisi yang seragam dan satu kiblat, maka Bima Sakti pun dapat membuktikan bahwa, tanaman muda pesepak bola Indonesia, ketika disatukan dalam wadah bernama Timnas,  ternyata hasilnya mampu dipanen dengan baik, karena disemai, ditanam, dan dirawat dengan benar oleh para pembina dan pelatihnya baik di SSB maupun di klub. 

Setali tiga uang, Fakhri Husaini pun dapat memilih dan menentukan pemain muda terbaik yang ditempa dengan proses yang benar, tidak instan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun