Pendidikan yang menjadi pusat kawah candradimuka lahirnya generasi penerus bangsa Indonesia yang cerdas dan mencerdaskan, rasanya dalam beberap tahun ke dapan akan terus menjadi persoalan yang sulit diurai.Â
Benang kusut pendidikan di Indonesia sudah sangat kronis. Sehingga dibutuhkan perubahan yang sangat masif dan mendasar.Â
Perubahan tidak dapat dilakukan secara parsial (sebagian), namun wajib sacara simultan (menyeluruh).Â
Di tengah harapan, lahirnya Kabinet Indonesia Maju di periode kedua Presiden Jokowi menjabat, ternyata pemimpin kita membuat kejutan luar biasa. Memasang Nadiem Makarim (Bos Go-Jek), menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaa Indonesia.Â
Jujur, saat Jokowi menunjuk Nadiem, secara pribadi, perasaan saya antara bangga dan sedih. Bangga, karena saat Sekolah Dasar (SD), Nadiem adalah murid saya.Â
Sehingga, perasaan bangga tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Masih teringat bagaimana Nadiem kecil dulu di kelas.Â
Ternyata, hanya dalam tempo puluhan tahun, Nadeim bahkan sudah terpilih menjadi Mendikbud Indonesia. Di luar kebanggaan saya, saya juga sedih, sebab, Nadiem yang masih begitu muda, harus diberikan beban yang begitu berat.Â
Nadiem yang bermodal paham digital dan dari kalangan milenial, justru harus menjadi mesin pengubah pendidikan Indonesia yang selama ini terpuruk.Â
Bila Presiden Jokowi memberikan kepercayaan penuh kepada Nadiem untuk mengubah kurikulum. Maka, pekerjaan Nadiem tidak akan kelar dalam lima tahun masa jabatannya.Â
Mengubah Kurikulum Pendidikan sama dengan mengubah sistem. Maka, bila sebuah sistem berubah, maka seluruh bagian lain yang terkait sistem tentu akan terseret perubahan.Â
Lebih dari itu, bila ilmu Nadiem dirasa cukup untuk mengubah sistem pendidikan di Indonesia, maka pengalaman Nadiem masih jauh dari harapan.Â