Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mimpi Jokowi, Reformasi Besar-Besaran di Kemendikbud dan Kemenag

2 November 2019   01:05 Diperbarui: 2 November 2019   01:24 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Hidayatullah.com

Sejatinya siapa yang tak bangga karena Presiden Jokowi sangat optimis dengan mengangkat Nadiem yang dijuluki pakar aplikasi dan mewakili milenial (meski sekarang sudah bukan zaman milenial lagi, bahkan zaman generasi Z pun telah lewat) mengemban tugas maha berat mengampu sektor yang menjadi kawah candradimuaknya kecerdasan bangsa. 

Begitu juga dengan pengangkatan Menteri Agama yang bukan tokoh dan pakar yang mumpuni dalam bidangnya pun harus mengelola kementrian agama. 

Bila diibaratkan, kedua menteri ini, sejatinya juga sama seperti Bapak Presiden yang berlatar belakang insinyur namun harus dapat menguasai seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara karena menjabat sebagai Presiden, namun dibantu para menteri perwakilan dari profesional dan partai untuk mengurusi.bidang yang tak mungkin dikuasai utuh oleh Presiden. 

Namun, kesadaran menunjuk menteri yang profeseional dan pakar, nyatanya di dua kementrian.yang sangat vital, malah menjadi blunder Presiden sendiri. 

Atas kondisi yang ada, banyak rakyat memandang bahwa kejadian fakta ini adalah konyol. 

Dipaksakan sehingga terkesan ada tujuan lain. 

Namun, seolah mengabaikan kritikan dari rakyat, Presiden Jokowi malah meminta agar reformasi besar-besaran dilakukan di lingkup Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama. 

Seolah reformasi besar-besaran semudah membalik telapak tangan. Padahal waktu bekerja dalam kabinet jilid 2, hanya lima tahun. 

Tidak usah muluk-muluk, Kurikulum 13 yang merupakan kurikulum paling anyar, proses lahir dan sosialisasinya butuh tahunan. Lalu, saat diberlakukan, hingga kini pun para guru dan murid masih banyak yang kesulitan memahami dan mengaplikasikan. 

Sementara pendidikan manusiawi saja masih terus tercecer hingga sulit lahir manusia Indonesia berkarakter dan berbudi peketi luhur, meski sudah diampu oleh menteri yang sesuai bidangnya. 

Apa.yang mau direformasi oleh mendikbud dan menag? Manusianya atau robotnya? Coba tengok apa mau Bapak Presiden. "Saya juga minta agar kita semuanya mendukung reformasi besar-besaran di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan juga di Kemenag," kata Presiden Jokowi dalam rapat terbatas (ratas) Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di Kantor Presiden Jakarta, Kamis, 31 Oktober 2019. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun