Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Siapa Cerdas, Dia Dapat

29 Oktober 2019   19:36 Diperbarui: 29 Oktober 2019   19:40 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: bola.kompas.com

Jelang beberapa hari kualifikasi Piala Asia Grup K yang terdiri atas Indonesia, Korea Utara, dan Hongkong pada 6-10 November 2019 digelar, hari ini, Selasa (29/10/2019) Pelatih Timnas Indonesia U-19, Fakhri Husaini resmi telah mencoret nama tiga penggawa Garuda Nusantara dari skuat. 

Dasar pencoretan diungkapkan murni karena alasan empat aspek dasar, yaitu fisik, teknik, taktik, dan mental. Tiga pemain tercoretpun langsung terpublikasi di media, di antaranya Andre Oktaviansyah, Fadilah Nur Rahman, dan Saddam Gaffar. Fakhri juga mengungkapkan bahwa alasan terkait keputusannya tersebut, murni karena adanya persaingan yang ketat di antara pemain dan empat aspek dasar itulah standarnya. 

Namun, seperti telah diketahui bersama, Timnas U-19 yang tetap akan berjuang meraih prestasi agar lolos ke Piala Asia, juga menjadi cikal bakal Timnas U-20 Indonesia untuk Piala Dunia karena lolos otomatis sebagai tuan rumah. Selama ini saya sering mempertanyakan tentang standar menjadi pemain sepak bola nasional, terutama melalui berbagai artikel yang saya tulis di media cetak atau online. 

Bila hari ini, saya membaca bahwa dari 26 pemain Timnas U-19 yang mengikuti seleksi akhirnya resmi dicoret tiga pemain, demi menghadapi Kualifikasi Piala Asia U-19, karena faktor standar pemain yang terdiri dari empat aspek, maka sejatinya empat aspek yang disebut Fakhri Husaini tersebut tidak akan cukup untuk membentuk Timnas U-20 dapat bersaing di Piala Dunia U-20. 

Kita juga melihat Timnas Senior yang mati kutu ditekuk lawan-lawannya. Seberapapun hebat pelatih, seberapapun keras teriakan pelatih dari luar lapangan, tetap pelaku yang dapat mengantar Timnas Indonesia menang adalah pemain. 

Bila pemain Timnas  Indonesia hanya dicekoki empat aspek dasar seperti fisik, teknik, taktik, dan mental, maka sulit Timnas kita bersaing. 

Apa pasalnya, Ibu dari empat asep dasar itu INTELEGENSI (Kecerdasan). Karena hanya berpatokan pada empat aspek dasar tersebut, maka berkali-kali kita melihat aksi Timnas sepak bola kita di berbagai kelompok umur hingga senior, saat menghadapi lawan, cara berpikirnya, seperti melihat pertandingan antara anak SD melawan anak SMA/Kuliahan. 

Mana yang tergambar beemain dengan cara SD, mana yang anak SMA/kuliahan.

Dari sisi empat aspek sama, kedua tim nampak bermain sama, namun ibunya empat aspek bernama intelegensi begitu mencolok ada di pemain lawan, sementara pemain Indonesia bermain seperti hilang akal. 

Demi menghadapi Piala Dunia, standar pemain Timnas harus masuk aspek intelegensi! Lakukan tes fenomena atau minimal psikotes misalnya kepada pemain. 

Sebab, kelemahan mendasar pemain nasional kita adalah di aspek intelgensi. Maka, saat kita menonton timnas bertanding, tengok apa yang dikeluhkan publik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun