Bila kita melihat sikap, tindakan, perilaku, dan perbuatan para elite bangsa ini, khususnya para pemimpin dan anggota dewan yang mewakili rakyat, rasanya sulit menemukan kata pas bila akan memberikan ungkapan yang tepat untuk mereka saat ini.Â
Sebab, semestinya hanya kata teladanlah yang wajib mengemuka dan menjadi label tindak-tanduk mereka yang dapat ditiru dan dicontoh rakyat.Â
Sayang, kata teladan sekarang begitu mahal bila harus disematkan kepada mereka, karena faktanya mereka justru memberikan pendidikan negatif untuk segenap anak bangsa karena kerakusan meraih tahta dan harta melalui sebuah kursi kekuasaan.Â
Sulit juga mendefinisikan apakah perbuatan yang jauh dari keteladanan yang terus mereka perankan, ada kategori perbuatan benar dan baik? Lalu bila ada, kategori perbuatan benar dan baik itu untuk kepentingan siapa?Â
Kepentingan mereka sendiri, golongannya, atau partainya. Bila rakyat saja banyak yang berujar malu atas sikap rakus mereka, tapi mereka justru terus menyuarkan dan mempertontonkan egonya bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang benar dan baik, serta untuk rakyat. Ironis.Â
Bila mereka menganggap bahwa perbuatan dan perilaku mereka untuk atas nama rakyat, baik, maka dari sisi kebenaran yang mana yang dapat dipertanggungjawabkan.Â
Sementara makna baik itu adalah elok, patut, teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dan sebagainya). Banyak sekali sikap dan perbuatan para pemimpin dan elite politik kita yang tidak elok, tidak patut, tidak teratur, termasuk tidak apik, tidak rapi, dan banyak celanya.Â
Bila pun mereka menganggap sikap dan perbuatan mereka benar, sesuai sebagaimana adanya (seharusnya), betul, tidak salah, tidak berat sebelah, adil, lurus (hati), dapat dipercaya (cocok dengan keadaan yang sesungguhnya), tidak bohong, dan sah, mengapa harus terjadi demonstrasi yang menguras tenaga, pikiran, hingga membawa korban jiwa dan korban luka.Â
Lalu, ada pihak lain yang turut mendompleng demonstrasi? Bila mereka melakukan sikap, tindakan, perilaku, dan perbuatan yang benar-benar baik dan benar, maka tidak akan lahir kisruh dan demonstrasi yang murni menentang hal yang tidak baik dan tidak benar.Â
Yakin orang-orang cerdas di negeri ini, memahami sandiwara mereka. Karena mereka juga orang-orang yang cerdas dan tahu betul mana yang baik dan benar.
Namun, ketika hati dan pikiran sudah dirasuki pikiran kotor, ada tuntutan di belakang mereka, ada konsekuensi di belakang mereka, ada hutang budi di belakang mereka, dan berbagai ada yang lainnya, maka pikiran cerdas dan hati bersih mereka, mereka singkirkan. Prek, peduli omongan orang, omongan rakyat, dan omongan siapapun, terpenting, kini adalah saatnya mereka, wilayah mereka, kekuasaan mereka.