Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Status Sosial dan Pendidikan, Satu di Antara Sebab Suporter Rusuh dan Anarkis

17 September 2019   09:36 Diperbarui: 17 September 2019   10:24 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seruan agar ada edukasi dan tindakan atas suporter sepak bola rusuh dan anarkis, kini terus mengemuka. 

Peristiwa anarkis suporter sepak bola di Indonesia akan sulit sembuh bila tidak ada tindakan masif dan formal  dalam rangka menanganinya oleh stakeholder terkait, dalam hal ini PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta oleh para suporter sendiri. 

Peristiwa teranyar adalah saat laga pembuka putaran kedua Liga 1, Sabtu (14/9/2019) saat Tira Persikabo menjamu Persib Bandung di Stadion Pakansari. Selain saling lempar bangku antar suporter di tribune stadion, di luar stadion, dua pemain Persib bahkan kepalanya harus bocor. 

Sebelum anarkis di Bogor dan di berbagai wilayah Indonesia lain khususnya, sepak bola nasional bahkan harus menanggung malu di depan publik sepak bola dunia, karena suporter anarkis di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) saat laga resmi FIFA, Kualifikasi Piala Dunia 2022, Indonesia menjamu Malaysia.

Bahkan kini, PSSI dan publik sepak bola nasional sedang harap-harap cemas menunggu sanksi resmi dari FIFA atas insiden anarkis suporter kita. Atas semua kejadian anarkis suporter sepak bola nasional, memang wajib membuka mata semua stakeholder terkait. 

Coba turun dan lihat langsung ke lapangan. Sejatinya, siapa saja suporter sepak bola yang selalu hadir di stadion. Seharusnya jangan ada perasaan bangga dulu dari PSSI, Sponsor, Klub dan pihak yang berkepentingan atas penuh sesaknya stadion oleh suporter sepak bola. 

Untuk apa stadion penuh sesak, namun faktanya, tidak semua suporter memiliki kelayakan dan dapat dianggap sebagai suporter yang benar. Hanya semu.

Benar artinya cerdas dan memiliki kualifikasi sebagai suporter yang sehat akal dan sehat fisik.

Salah satu identifikasi yang sering saya temukan, begitu loyalnya seorang suporter kepada klub yang dibelanya, maka demi dapat hadir di stadion, meski tak memiliki uang, seorang suporter akan menghalalkan segala cara tetap menuju ke stadion tempat tim kesayangannya berlaga. 

Sudah begitu, dari segi pendidikan atau status sosialnya, suporter ini sudah tidak sekolah atau putus sekolah dan tak memiliki uang.

Maka bagaimana biaya transportasi, biaya makan, dan biaya beli tiketnya demi menonton tim yang dibelanya berlaga. Sudah lapar, tak punya uang, pendidikan kurang, lalu susah masuk stadion, timnya juga tidak dapat memenangi pertandingan. 

Sementara bagi suporeter yang kelas sosialnya di atasnya, masih sekolah, ada uang buat makan dan beli tiket, juga tetap kecewa ketika timnya kalah. Namun, dari identifikasi kecil tersebut, berapa banyak jumlah suporter sepak bola di Indonesia yang berstatus suporeter sesuai identifikasi saya yang pertama? 

Menangani suporter rusuh dan anarkis di sepak bola nasional, tidak dapat sepotong-potong, parsial. Namun, wajib secara komprehensif. Menyeluruh ditinjau dari semua aspek. 

Bukan PSSI, Sponsor, dan Klub malah senang suporter di stadion penuh. Untuk apa suporter penuh demi melayani kepentingan sponsor, namun sepak bola nasional harus selalu rusuh? 

Sepak bola di seluruh dunia adalah olah raga yang dapat dinikmati oleh semua kelompok umur dan tak terbatas oleh status sosial dan pendidikan suporternya. Tetapi harus disadari, bahwa suporter sepak bola di Indonesia, bukanlah suporter sepak bola di manca negara. 

Status sosial dan pendidikan masih sangat mencolok menjadi sebab dan akar masalah mengapa sepak bola nasional selalu rusuh. Harus ada keberanian, semua pihak, stadion tempat semua laga sepak bola di Indonesia wajib diisi hanya oleh suporter yang telah lulus statusnya sebagai suporter sepak bola nasional. 

Begitupun, area sekitar stadion, juga wajib steril dari suporter tak terdidik. Pihak keamanan juga wajib memcegah suporter tak terdidik masuk wilayah tempat laga sepak bola. 

Semua itu adalah pekerjaan bukan semudah membalik telapak tangan. Semua pihak berkepentingan wajib duduk bersama, melahirkan model pembelajaran edukasi untuk suporter ala Indonesia yang akan meluluskan suporter yang memiliki standar atau surat izin menonton sepak bola (SIMSB). Ayo PSSI, jangan hal ini terus jadi wacana. 

Sebab PPKGBK pun telah mencoba membincang hal ini melalui Program Edukasi Suporter Sepak Bola Indonesia (PESSI) yang saya rancang mengantisipasi rusuh suporter lanjutan di SUGBK yang saat itu baru diresmikan setelah direnovasi. 

Bila, semua lingkungan di luar dan di dalam stadion dipenuhi suporter yang telah terdidik, itupun belum menggaransi, tidak akan ada suporter rusuh atau anarkis lagi. 

Nah, bila selama ini belum ada tindakan apapun dari PSSI untuk mencerdaskan suporter, bagaimana rusuh dan anarkis akan berakhir?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun