Mohon tunggu...
Stebby Julionatan
Stebby Julionatan Mohon Tunggu... profesional -

Stebby Julionatan aka. BonX adalah seorang seorang Staff (yang serba biasa saja) Humas dan Protokol di Lingkungan Pemerintah Kota Probolinggo yang juga berprofesi sebagai Penyiar Radio dan Penuls. Paling takut sama yang namanya CICAK. hehehe... :P Pecinta wisata kuliner, traveling dan membaca ini berharap bisa mendapatkan Katulistiwa Literary Award dan pergi ke Belanda di tahun ini. Semoga!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menulis Hal Biasa Dengan Cara Tidak Biasa

22 April 2012   17:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:16 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku : Barang yang Sudah Dibeli Tidak Dapat Ditukar Kembali
Jenis : Kumpulan Kisah
Pengarang : Stebby Julionatan
Penerbit : Bayumedia, Malang
Terbit Pertama: Januari 2012
Ukuran Buku : 13,5 x 20 cm, xvi + 80 hal
Peresensi : Yonathan Rahardjo *)

.

“Biarkan puisi dan cerpen yang ada dalam buku ini merasuki jiwamu dalam pembacaanmu. Akan kau temukan makna yang membekas dalam dirimu bahwa Stebby Julionatan punya kekuatan dalam karya tulis kreatifnya yang betul-betul kreatif. Ia tulis hal biasa yang mudah ditemui dalam keseharian hidup sehari-hari dengan cara yang tidak biasa, berbagai cara.”

Hal-hal biasa dalam buku “Barang yang Sudah Dibeli Tidak Dapat Ditukar Kembali”, terasa dari kasus-kasus cinta yang diungkap dalam cerita-ceritanya. Ambillah contoh tentang cinta segitiga dan niat kawin lari -yang gagal- dalam cerpen “Aku, Kamu, Dia: Merayakan Cinta”. Kisah ini populer dalam khazanah cerpen. Tapi coba amati cara Stebby menuliskan daya ungkapnya. Tanpa banyak deskripsi lingkungan ia tulis pergerakan pikiran dan sikap tokoh-tokohnya dalam dialog dan monolog. Secara hemat Stebby menggolongkan giliran tampil tokoh-tokohnya dengan sub judul: aku, kamu, dia dan mereka! Cara yang sama dilakukannya pada cerpen “Antara Politik, Gado-gado dan Selingkuhan.” Mengamati berbagai metode penulisan cerpen, cara tempuh Stebby ini sangat jarang dilakukan oleh para cerpenis.

Cerita-cerita lain dalam buku ini tidak ditulis dengan metode tersebut, namun terasa cara tulis yang tidak biasa pula dari sisi pergerakan pikiran dan sikap itu, hemat, tepat guna dan berdaya magis liar, setengah gila, orisinil dan jujur. Jujur dalam arti Stebby tidak canggung untuk menulis ulang kutipan-kutipan referensi dengan sumber-sumbernya di tubuh cerpen. Ambillah contoh kutipan cerpen “Sepanjang Braga” karya Kurnia Effendi pada cerpen Stebby “Cukup Sepanjang Suroyo Saja, Bersamamu.” Atau penulisan bebas nas Alkitab tentang penciptaan manusia dan pencobaan terhadap Adam dan Hawa, serta dongeng cermin ajaib dalam cerpen Stebby berjudul “Cermin”.

Jelas juga, kisah-kisah dalam cerpen Stebby itu juga kisah biasa atau populer. Namun, coba mencebur dan berenanglah dalam untaian kata dan kalimat dan hubungan-hubungannya di situ. Jelas ini bukan metode penulisan yang populer. Istilah lainnya: ini sastra -menyitir penabalan klas antara cerpen populer dan cerpen sastra oleh para pengamat-.

Dalam hubungan antar alinea, Stebby seperti tidak membutuhkan deskripsi-deskripsi penghubung pergerakan fisik tokoh-tokohnya. Ia langsung menghunjam pada pikiran-pikiran baru namun suasana tetap terbangun, dan yang lebih penting: pesan yang disampaikan, sampai. Dan yang paling penting bagi sebuah nilai karya sastra: Kesan! Ceritanya membekas!

Dibumbui gaya realisme magis pada cerpen “Barang yang Sudah Dibeli Tidak Dapat Ditukar Kembali’, kesan yang membekas ini terasakan dengan kegilaan hati perempuan yang menghadapi suami yang impoten -tanpa satu pun kata impoten disuratkan namun tertangkap pesannya-, lalu kematian kekasih gelapnya, dan ketelanjangannya di depan umum hanya untuk memiliki keranjang bambu, dan meluasnya tanda lahir suaminya, serta penuhnya keranjang bambunya dengan suatu “barang” yang misterius! Apa itu? Tak butuh jawaban, dari kisah sebelumnya dapat diraba-raba sebetulnya apa itu. Tak penting apa konkritnya, kesan magisnya terasa dari kisah rumitnya cinta.

Membaca kumpulan cerpen memang kita butuh fokus dalam satu cerpen, menggali segala hal dalam satu cerpen itu. Setelah merasakan segalanya dari satu cerpen itu, maka boleh kita pindah ke cerpen lain, dan seterusnya. Dengan cara ini, beragam cerpen dari 12 kisah ini pasti punya corak sendiri-sendiri. Dalam kumpulan kisah ini Stebby bertema pikir pengetahuan dan cinta yang saling menyeimbangkan dan menggenapi sesuai dengan kata pengantarnya.

Setelah mencermati isi cerpen dengan visi Stebby ini, sah hal ini diungkap. Cinta memang tema utama dan dalam bangunan cinta ini ada berbagai pengetahuan penunjang, pelengkap, atau pemberi warna bahkan penghubungnya dengan kepedulian terhadap lingkungan. Jadi tidak semata-mata egoisme cinta yang terlepas dari tanggungjawab manusia sebagai makhluk sosial. Setidaknya, meski tidak kental masalah eksternal cinta ini, tertulis dalam cerpen “Semenanjung Asa”. Sekaligus simbol-simbol pengetahuan di sini menunjukkan adanya lokalitas Probolinggo, pemberi warna khas, “Ada lho sastra Probolinggo!”

Pulau Gili pada cerpen ini pernah diangkat sebagai latar novel “Mentari di Atas Gili” oleh Lintang Sugianto (2007). Ada pula kepedulian sosial sang penerima trofi “Kalpataru” di cerpen Stebby berlatar Gili ini. Lokalitas Probolinggo juga jelas tampak pada cerpen “Cukup Sepanjang Suroyo Saja, Bersamamu”, bahkan dengan berbagai gedung di Probolinggo yang secara eksplisit disebut Stebby. Stebby dengan berbagai profesi dan prestasinya memang identik dengan Kota Probolinggo. Ia pegawai Pemda, redaktur majalah “Link-Go”, penyiar radio, “Kang” Kota Probolinggo, anggota dewan pendidikan kota, novelis dan cerpenis. Kepedulian lingkungannya semacam tanggungjawab yang melekat pada dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun