Indonesia memang negara dengan kondisi alam yang bernilai tinggi. Pemerintahan yang kaku memandang sistem birokrasi nampaknya tidak terbuka matanya untuk menjadikan rakyat Indonesia ini sejahtera dan makmur.
Anggaran belanja negara itulah yang diperebutkan agar dapat dihabiskan untuk mengejar kondite "Sukses". Demikian prinsip yang mengendap di kepala para petinggi negeri tercinta ini.
Anggaran Departemen yang begitu besarnya benar-benar dihabiskan hanya karena ketersediaannya. Cobalah Lembaga Masyarakat melakukan studi atau pemantauan yang baik kepada lembaga negara ini. Bisa diperkirakan hanya 10 persen kebawah dari anggaran itu yang ada manfaatnya. Anggaran belanja pegawai tak dapa dianggap bermanfaat jika yang digaji tidak mendatangkan manfaat.
Maka lembaga negara harus melakukan perampingan melalui pengurangan pegawai yang menjadi beban negara. Mungkin hanya 30 persen yang layak tersisa, yang kalau perlu diganti dengan tenaga baru yang jelas tugas dan kemampuannya.
Hal yang kedua adalah menjadikan semua produk jasa yang begitu banyak ragamnya harus ditingkatkan harganya.Â
Turis yang masuk ke keraton Jogya misalnya, adalah pantas untuk membayar 1 juta rupiah. Mau nonton wayang kulit 500 ribu rupiah. Dan begitupun mau ke pulau, dst...dst.
saya yakin, turis asing akan semakin tinggi rasa ingin tahunya dan akan memerlukan 10 tahun untuk berkeliling Indonesia dimana budaya akan disaksikannya tidak lagi palsu spesial untuk pertunjukan saja.
Kini kita kehilangan keaslian budaya, dan hidup dalam kepalsuan. Turis yang membaca bisa garuk-garuk kepala merasa disuguhi hiasan plastik berwarna-warni dan lagu asal bunyi.
Pernahkah anda berkunjung ke negeri orang? Dompet anda dikuras karena mahalnya apa-apa. Disini kita diminta menggratiskan dan menjual murah apa saja.
Pemimpin kita asik berpolitik, rakyat dilupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H