Mohon tunggu...
Sjaeful Anwar
Sjaeful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Pendidikan kimia

Sjaeful Anwar, Dosen Pendidikan kimia, Doktor lulusan Universitaet Dortmund Jerman

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Etnosains di Kabupaten Subang, Jawa Barat

20 November 2023   07:00 Diperbarui: 20 November 2023   07:26 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Seorang guru IPA di SMP sudah seharusnya memiliki kemampuan di empat bidang IPA, yaitu Kimia, Fisika, Biologi, dan IPBA (Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa). Berdasarkan survey lapangan yang dilakukan terhadap guru-guru IPA yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA di kabupaten Subang menunjukkan bahwa cukup banyak guru IPA mengalami kesulitan dalam mengajarkan IPA secara terpadu, lebih-lebih basisnya etnosains. 

Hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan formal mereka yang kebanyakan berasal dari program studi pendidikan fisika dan biologi, dan kimia, sehingga kemampuan mereka belum utuh. Fakta lainnya menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan guru IPA yang lebih banyak dari pendidikan Fisika dan Biologi, banyak guru yang tidak mampu menguasai materi kimia  yang seharusnya mereka kuasai. 

Dampaknya banyak guru IPA yang mengajarkan kimia dengan cara siswa hanya membacanya, tanpa proses pembelajaran yang memadai, sehingga guru tidak mengembangkan berbagai potensi siswa melalui pembelajaran IPA. 

Permasalahan utama yang sebenarna yang terjadi di SMP adalah masih terdapat perbedaan antara tuntutan kurikulum IPA SMP dengan proses pembelajaran yang dilakukan guru IPA di sekolah. Kurikulum IPA tahun 2013 menuntut pembelajaran IPA dilakukan secara terpadu antara bidang ilmu yang ada pada IPA tersebut. Jika kompetensi dasar tentang fisika yang guru harus capai maka guru tersebut akan cenderung mengajarkan fisika saja. 

Demikian juga dengan KD kimia, biologi, dan IPBA, mereka akan mengajar secara terpisah antara kimia, biologi, dan IPBA. Hal ini yang menyebabkan terjadinya kesenjangan antara tuntutan kurikulum dengan implementasi kurikulum oleh guru guru IPA di sekolah. Bagaimana sebenarnya keterpaduan IPA itu harus diajarkan oleh guru ?

Pembelajaran IPA secara terpadu seharusnya mengangkat sebuah tema atau topik dari kearifan lokal atau potensi lokal yang ada di sekitar kehidupan siswa. Pengambilan tema atau topik bagi sekolah yang berada di pesisir akan berbeda dengan sekolah yang berada di pegunungan, juga berbeda sekolah di perkotaan dan dipedesaan. Dengan topik atau tema tersebut, maka materi kimia, fisika, biologi, dan IPBA akan secara bersamaan (terpadu) dapat disampaikan kepada siswa. Sehingga tuntutan kurikulum dapat dipenuhi secara benar.

Beberapa tidakan yang perlu disampaikan untuk mengatasi problematika kurangnya implementasi kurikulum IPA di SMP dengan pembelajaran IPA terpadu berbasis etnosains ini adalah :

  • Proses pembelajaran IPA terpadu yang berbasis etnosains sebagai wujud dari implementasi kurikulum IPA di SMP sebaiknya disusun berdasarkan tema yang bersumber pada kearifan dan potensi lokal, sehingga tampak terintegrasinya antara bidang kimia, fisika, biologi, dan IPBA.
  • Bahan ajar IPA tidak dijauhkan dari fenomena alam, sehingga siswa merasakan keberadaan IPA pada kehidupan mereka dan mampu menjelaskan serta mengati berbagai permasalahan lingkungan yang dihadapi siswa melalui konsep-konsep IPA.
  • Guru IPA tidak hanya mengajarkan IPA sebagai produk, tetapi juga IPA sebagai proses, sehingga dapat mengembangkan berbagai potensi siswa.
  • Strategi pembelajaran IPA yang digunakan sebaiknya berbasis pada pemecahan masalah yang dihadapi pada kehidupan siswa, dengan memanfaatkan kearifan dan potensi lokal di wilayah masing-masing.
  • Mengembangkan berbagai potensi siswa dengan berbagai projek yang dapat dilakukan oleh siswa SMP sebagai dasar pendidikan untuk mengembangkan aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Intinya bahwa bahan ajar IPA perlu mengetengahkan konteks substansi dan konteks pedagogik (Anwar,S : 2023), sehingga terasa benar bahwa IPA berada pada kehidupan siswa dan mampu memecahkan berbagai masalah dalam kehidupannya. Di samping itu melalui mata pelajaran IPA guru harus mampu mengembangkan nilai (value), sikap (attitude), serta keterampilan (skill), baik berupa soft skill maupun hard skill. 

Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk itu adalah pembinaan guru IPA untuk meningkatkan kompetensi yang harus mereka miliki. Kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Dengan menguasai keempat kompetensi tersebut maka seorang guru bisa dikatakan professional. Kita berharap pemberian tunjangan profesi guru selaras dengan profesionalitas guru dalam dalam membuktikan penguasaan keempat kompetensi tersebut.

Salah satu program peningkatan kmpetensi guru IPA tersebut, telah dilakukan pembinaan guru-guru IPA SMP yang tergabung dalam MGMP IPA di kabupaten Subang yang dilaksanakan pada bulan September 2023 dengan menggunakan media komunikasi zoom meeting. Pada kegiatan tersebut berperan sebagai nara sumber Dr.paed. Sjaeful Anwar dan Dr. Omay Sumarna, M.Si yang ke duanya merupakan dosen di Departemen Pendidikan Kimia UPI. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut merupakan salah satu kewajiban dosen dalam rangka memenuhi Tri Darma Perguruan Tinggi.

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun