SAYA tiga kali ke Billy Moon. Dua kali pada tahun 1985. Kapan waktunya, saya lupa. Persisnya ketika kelas satu SMA. Sudah puluhan tahun yang lalu.
Kali ketiga pada Sabtu (18/6/2022). Ini yang pertama bertemu teman lama. Teman sekelas 1-7 SMAN 30 Jakarta. Jumlahnya 15 orang. Segalanya tentu telah berubah. Seiring bertambahnya usia. Â Tapi ikatan persahabatan tak berubah. Tetapseperti dulu.
Mungkin saya tergolong 'si anak hilang'. Baru sebulan ini bergabung di grup whatsapp GRAST 30. GeRakan Anak Satu Tujuh. Itu pun tidak sengaja ketika saya memanjat facebook (FB).
Billy Moon adalah sebuah komplek perumahan di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Termasuk perumahan elite. Rumahnya besar-besar. Cukup asri. Banyak sarana olahraga di sana.
"Ayo kalau mau ngumpul di rumah. Alhamdulillah. Gak usa bawa apa-apa. Insya Allah nanti gw siapin yang bisa gw bikin saja yah," kata Corry Huntangadi di grup GRAST 30.
Awalnya saya janjian dengan Kasih Pudjiantoro. Di sebuah kafe di Cibubur. Namun batal. Kemudian geser ke arah Sentul. Juga kembali gagal. Teman-teman akhirnya tapak tilas di rumah Corry.
Tentu kami tak ingin merepotkan tuan rumah. Tapi, Corry justru senang disambangi teman-teman. "Rumah Corry banyak kenangan. Kita sering bikin acara di sini. Sejak SMA hingga hari ini," ujar Novie Anawaty.
"Iya betul, rumah ini jadi saksi sejarah," timpal Lidya Marvira.
"Ayo bantuin cari teman-teman GRAST ajak join kesini," Novie yang cukup 'bawel' di kelas menambahkan.
Berbagai hidangan tersaji di meja makan. Soto betawi yang dibawa Yadi jadi santapan makan siang. Sebelumnya kami mencicipi makanan ringan. Ada bakwan, bihun goreng, risol, tahu, asinan dan lainnya. Semua berkah.
"Pengen datang, kangen. Tapi, maaf gak bisa ikutan. Semoga lain kali bisa ikutan kumpul-kumpul," tulis Devi Perwita di grup GRAST 30 dengan emoji peluk.