Mohon tunggu...
suryansyah
suryansyah Mohon Tunggu... Editor - siwo pusat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

warga depok paling pinggir, suka menulis apa saja, yang penting bisa bermanfaat untuk orang banyak. Email: suryansyah_sur@yahoo.com, siwopusat2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Maafkan Aku, Pergilah Sahabat!

30 Mei 2022   10:29 Diperbarui: 30 Mei 2022   10:41 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ade Wahyudi (foto dok pribadi)

PULANG sekolah kami acap bersama. Dari Rawasari hingga Galur. Naik bus kota  jurusan Ramangun-Senen. Bersama Ade Wahyudi dan Erizal. Saya lanjut ke Kemayoran.

Senda gurau menghiasi sepanjang jalan. Kami bertiga bicara ngawur ngidul. Bikin hati senang. Tertawa lepas. Meski harus berdiri di bus kota.

Kadang sedikit serius. Ngobrol soal pelajaran. Fisika dan matematika yang bikin pusing kepala. Pun bahas guru killer, olahraga, hingga roman picisan.

Ade Wahyudi dan Erizal dua sahabat yang bersahaja. Baik hati, tidak sombong. Murah senyum. Mereka juga cerdas dan mau berbagi ilmu.

Keduanya tidak kuper, meski getol berkutat dengan buku. Mereka suka kongko-kongko dengan teman-teman sekelas.

"Kalo elo demen sama mutia, katanya elo harus bisa mengaji," ujar Ade mendapat pesan dari wanita idola saya di kelas 1-7 SMUN 30 Jakarta.

Pesan dari sang idola itu hingga kini masih tersimpan di memori saya. Saya hanya tertawa kecil kala mengingatnya. Pesan yang menarik dan menantang. Tapi, ya sudah...lah.

Ade dan Erizal juga suka olahraga. Sebelum masuk kelas atau jam istirahat kami main bola. Di halaman sekolah. Lalu menyerbu ke kantin. Ambil gorengan tiga bayarnya cuma satu.

Bicara olahraga, tim bola kelas kami paling hebat. Bukan sombong. Kata Rai Renaldi-ketua kelas kami - tidak ada yang ngalahin. Bukan jagoan kandang, di sekolah. Tapi juga melawan sekolah lain. Sekalipun bermain di lapangan becek.
Saya juga menjadi bagian dari tim bola itu.

Sepulang main bola, kami ke rumah Rai di bilangan Sunter, Jakarta Utara. Mandi bersih-bersih, lalu disiapkan makanan. Habis itu cekikikan. Cerita kemenangan. Tak ada hentinya. Duuuh... indah sekali dunia. Kasih Pujiantoro mengingatkan kenangan itu di grup WhatsApp.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun