Dulu kita kompak mengusir penjajah. Dari Aceh hingga Papua. Hingga bangsa ini merdeka.
Sekarang? 76 tahun berlalu. Bung Karno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan. Tiap tahun kita berteriak merdeka.. merdeka...merdeka...!
Malu rasanya kepada pahlawan bangsa. Mereka pertaruhkan nyawa di medan perang. Dengan bambu runcing, Belanda dipulangkan.
Kini, zaman telah berubah. Warisan kemerdekaan harus dijaga. Bukan lagi melawan penjajah. Tak perlu angkat senjata. Tapi melawan diri sendiri. Minimal merdeka dari tingginya ego kita.
Sudahkah kita merdeka? Saya tak ragu menjawab: belum! Kita masih dijajah virus corona. Musuh yang tak bisa dilihat kasat mata. Tapi merusak semua sendi kehidupan. Bahkan di dunia.
Virus ini lebih keji dari penjajah Belanda. Tidak percaya tapi nyata. Ribuan nyawa melayang sia-sia. Jutaan orang tak berdaya. Di bumi ibu pertiwi tercinta. Dari Aceh sampai Papua.
Saya bosan dengan himbauan. Dari pemerintah hingga kepala daerah. Hanya retorika. Perekonomian lumpuh. Pengangguran meningkat. Kemiskinan bertambah. Dampaknya kriminalitas tinggi. Itu siklus yang sulit dihindari.
Masyarakat sudah gerah. Gelisah. Hidup menderita. Berapa ribu dari mereka kena PHK. Dampak nyata dari virus corona.
Dana bantuan sosial dari pemerintah acap disalah gunakan. Tidak tepat sasaran. Malah jadi peluang korupsi. Pembagian sembako tidak merata. Ratusan kasus diduga terjadi penyelewengan. Mulai dari oknum Rukun Tetangga (RT) hingga pejabat negara.
Coba tanya pada diri sendiri. Kompakkah kita melawan virus corona?