Mohon tunggu...
suryansyah
suryansyah Mohon Tunggu... Editor - siwo pusat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

warga depok paling pinggir, suka menulis apa saja, yang penting bisa bermanfaat untuk orang banyak. Email: suryansyah_sur@yahoo.com, siwopusat2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kita (Belum) Merdeka

16 Agustus 2021   10:12 Diperbarui: 17 Agustus 2021   08:57 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lomba panjat pinang tradisi 17 Agustusan.  Foto KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG 

Saya tak perlu menjawab. Kita lihat apa yang terjadi di lapangan. Hari ini kemerdekaan dimanfaatkan sebagai kereta politik. Pencitraan jelang Pemilu 2024. Meski masih jauh.

Spanduk polikus tebar pesona. Di arena terbuka yang dijadikan suatu kegiatan. Padahal pendaftaran belum dibuka. Masih jauh dari panggang. Mereka seakan menari di atas penderitaan rakyat. Berapa ongkos yang dikeluarkan untuk pembuatan spanduk?

Celakanya, foto yang terpampang tidak pakai masker. Padahal wilayah zona merah. Bukan memberi edukasi, malah berbuat seenaknya. Peraturan dibuat. Peraturan dilanggar sendiri.

Kesadaran masyarakat memakai masker pun jadi rendah. Wajar karena banyak tokoh tidak mencontohkan yang baik. Bukan berempati, malah berlomba menarik simpati.

Peraturan hanya berlaku untuk masyarakat. Sebaliknya tidak untuk pejabat. Masyarakat harus siap menerima sanksi atau denda jika melanggar. Tidak untuk si pembuat peraturan.

Tradisi lomba 17-Agustusan dilarang. Tak ada lagi lomba makan kerupuk, panjat pinang, kelereng, balap karung. Padahal lomba tersebut memiliki fiolosofi yang kuat dalam kemerdekaan.

Nilai positif pada lomba 17-Agustusan dalah tujuan bersama tak mungkin tercapai tanpa kekompakan. Seperti halnya yang telah dilakukan oleh para pejuang yang bekerja sama untuk merebut kemerdekaan.

Tak ada lagi pawai atau karnaval. Biasanya masyarakat pamer pakaian adat. Ini menunjukkan keberagaman pakaian adat Indonesia. Bukti bahwa Indonesia mampu mempertahankan persatuan dan kesatuan dengan keberagaman.

Sepatutnya momentum hari Kemerdekaan 17 Agustus untuk menggelorakan semangat merdeka dari cengkeraman pandemi Covid-19. Titik balik menyadarkan kita semua. Susah payahnya para pahlawan mengusir penjajah. Hingga titik darah terakhir.

Seperti kata Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraan di Jakarta, Senin (16/8). Pandemi seperti kawah candradimuka yang menguji, yang mengajarkan dan sekaligus mengasah kita. 

Pandemi memberi beban yang berat kepada kita, penuh risiko, memaksa kita menghadapi dan mengelolanya. Semua pilar kehidupan diuji dan diasah akibat pandemi. Antara lain mengenai ketabahan, kesabaran, ketahanan, kebersamaan, kepandaian dan kecepatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun